Suara.com - Ilmuwan menggunakan musik untuk membantu orang mengatasi stroke, penyakit Parkinson, demensia, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). Penelitian juga menyebutkan, terapi musik mengubah cara mendekati neurologi.
"Salah satu hal tentang penyakit Parkinson adalah ketidakmampuan untuk memulai gerakan," kata Alan Harvey, Profesor Emeritus di sekolah Ilmu Pengetahuan Manusia di UWA,seperti yang dilansir dari MedicalXpress.
"Entah bagaimana musik mulai mengaktifkan kembali sirkuit di otak yang sulit diakses," tambahnya.
Dilansir dari MedicalXpress, Profesor Felicity Baker, Kepala Terapi Musik di Melbourne Conservatorium of Music, ritme adalah rahasia terapi musik untuk penyakit fisik.
"Manusia menggunakan ritme ketika kita berjalan. Jadi, kita menggunakan musik untuk menyusun itu dan membantu orang-orang yang mungkin kehilangan koordinasi gerak untuk mendapatkan kembali koordinasi mereka" kata Baker.
Ketika kita membuat atau mendengarkan musik, bagian otak yang terkait dengan fungsi motor diaktifkan. Terapis musik memanfaatkan ini dan menggunakan ritme sebagai stimulus eksternal untuk memandu gerakan fisik.
Pada tahun 2014, sebuah studi kecil di Kanada mengamati peningkatan yang signifikan dalam ketangkasan manual penderita stroke kronis setelah 3 minggu melakukan pelatihan dengan piano.
"Ketika kami membuat musik, itu melibatkan gerakan," kata Baker.
Misalnya, ketika kita bernyanyi maka paru-paru, otot vokal, dan artikulator akan bekerja.
Baca Juga: Covid-19 Tembus 10 Juta Kasus Infeksi dan 4 Berita Health Populer Lainnya
"Dengan menggunakan musik, kamu mendukung pemulihan bagian otak yang rusak dan memulihkan fungsi yang hilang itu," imbuhnya.
Berlawanan dengan kepercayaan populer, tidak ada musik yang memiliki pengalaman general bagi semua orang sehingga preferensi musik juga perlu dipertimbangkan.
"Musik adalah pengalaman individual, terlalu banyak otobiografi dalam musik," kata Alan Harvey.
Sebagai gantinya, terapi musik yang berhasil bergantung pada preferensi pribadi masing-masing pasien dalam musik.
"Aturan utamanya adalah bahwa itu harus menjadi musik yang disukai orang yang bekerja denganmu. Jadi, jika Anda pasien saya, maka saya akan meminta ceritakan soal artis favoritnya," jelas Felicity.
"Saya akan merasakan selera musik Anda dan kemudian saya akan memilih lagu yang sesuai dengan preferensi pasien," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah