Suara.com - Pejabat kesehatan Amerika mengatakan kasus kematian akibat Alzheimer dan demensia meningkat sekitar 15.000 orang dalam beberapa bulan terakhir. Mereka yakin pandemi virus corona menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Data terbaru mengatakan hampir setengah (43%) dari kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika berasal dari panti jompo. Hal ini secara tidak langsung menambah kerusakan Alzheimer dan bentuk lain dari gangguan otak degeneratif umum di antara lansia di fasilitas perawatan jangka panjang.
Sedangkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC US) memperkirakan ada sekitar 100.000 orang meninggal karena Alzheimer dan demensia dari Februari hingga Mei.
Meski tidak semua kematian tambahan secara langsung disebabkan oleh virus corona, kematian akibat Alzheimer saat pandemi Covid-19 meningkat 18% dibandingkan rata-rata jumlah yang biasanya terjadi beberapa tahun terakhir.
Dilansir dari Fox News, jumlah kematian mulai meningkat tajam pada pertengahan Maret dan pada pertengahan April sekitar 250 orang tambahan dengan beberapa bentuk demensia meninggal setiap hari, menurut perkiraan CDC.
Beberapa kematian kemungkinan disebabkan oleh Covid-19, tetapi dalam data mereka tidak meninggal karena infeksi pernapasan tersebut.
Pakar kesehatan percaya kurangnya alat uji yang tersedia, terutama di awal pandemi, menjadi faktor meningkatnya kematian yang dikaitkan dengan virus corona.
Robert Anderson, kepala cabang statistik kematian di Pusat Statistik Kesehatan Nasional CDC, mengatakan beberapa kematian tambahan tahun ini kemungkinan karena kerusakan tambahan.
Sebab, penderita Alzheimer lanjut dan demensia sering dalam kondisi kesehatan yang rapuh, tergantung pada rutinitas yang stabil dan perawatan yang dekat dari anggota keluarga atau pengasuhnya. Tetapi mereka tetap rentan terhadap gangguan.
Baca Juga: Kasus DBD Sleman Melonjak sejak Pandemi Corona, Paling Banyak di Prambanan
"Ini musim gugur dan membuat semuanya kacau. Ini seperti satu hari tanpa minum dan mereka mengalami dehidrasi sehingga memicu serangkaian peristiwa. Sungguh menakjubkan betapa sedikit yang diperlukan untuk menganggu lingkungan mereka," kata Nicole Fowler, direktur muda di Pusat Penelitian Penuaan Universitas Indiana.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya