Suara.com - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut negara yang mengeluh kesulitan melakukan pelacakan kontak virus corona sebagai lemah.
WHO telah berulang kali menyarankan untuk melakukan pelacakan yang kuat untuk menghentikan pandemi virus corona atau Covid-19. Dengan begitu mereka bisa mengisolasi diri dan mengurangi penyebaran.
Dalam beberapa bulan terakhir, negara-negara dengan wabah besar COVID-19, termasuk Inggris dan AS, mengatakan ada terlalu banyak kontak untuk dilacak agar sistem yang efektif dapat diterapkan.
Inggris telah berjanji untuk memiliki sistem pelacakan kontak "kelas dunia" yang diberlakukan awal bulan ini. Tetapi Inggris pada akhirnya membuang aplikasi digital yang dikembangkannya untuk tujuan itu.
Para politisi mengakui program tersebut belum berjalan dengan kekuatan penuh walaupun merekrut ribuan pekerja. Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat kesehatan Inggris mengatakan pelacak kontak mereka gagal menjangkau sekitar seperempat orang dengan virus tersebut.
Hal itu membuat orang dengan Covid-19 tidak terindentifikasi. Pada briefing media pada hari Senin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menunjuk kepada direktur kedaruratannya Dr. Michael Ryan sebagai contoh seseorang yang rela melakukan upaya luar biasa untuk melakukan pelacakan kontak, mengutip pekerjaan Ryan.
Ia menyebut Ryan mengenakan helm dan rompi anti peluru selama wabah Ebola di bagian Kongo di mana kelompok-kelompok bersenjata telah menyerang dan membunuh petugas kesehatan.
"Dia percaya dia harus melakukan segalanya untuk menghentikan Ebola dan menunjukkan bahwa menyelamatkan nyawa sebenarnya membutuhkan tingkat komitmen itu," kata Tedros.
Tedros mengatakan bahwa klaim beberapa negara yang menyebut ada terlalu banyak kontak untuk dilacak dan bahwa proses itu sendiri terlalu sulit tidak bisa diterima.
Baca Juga: Perempuan Tertular Virus Corona Meski Di Rumah, OTG Alami Kerusakan Paru
Dia sebelumnya memuji program pelacakan kontak yang diadopsi oleh negara-negara seperti Korea Selatan, Singapura dan Cina, yang melibatkan tim petugas kesehatan yang melacak puluhan ribu orang dan memastikan bahwa mereka yang terpapar virus itu terisolasi.
Tedros mengatakan bahwa negara-negara dengan sumber daya yang baik yang tidak berperang memiliki sedikit alasan untuk tidak melakukan pelacakan kontak yang baik.
"Jika pelacakan kontak membantu Anda memenangkan pertarungan, Anda melakukannya, bahkan (ketika) mempertaruhkan hidup Anda. Jika ada negara yang mengatakan pelacakan kontak sulit, itu adalah alasan yang lemah."
Tepat kemarin menandai sudah 6 bulan dunia bergelut melawan pandemi virus corona. Sejak itu penyakit tersebut telah membuat lebih dari 10 juta orang sakit dan menewaskan sekitar 500.000.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?