Suara.com - Sistem perawatan kesehatan negara-negara di Asia tenggara dinilai sedang di bawah tekanan karena pandemi virus corona. Negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand bahkan juga bergulat dengan wabah penyakit menular lain, yaitu demam berdarah dengue (DBD).
"Kami menemukan ledakan jumlah demam berdarah di Asia Tenggara," kata Dr. Leong Hoe Nam, dokter penyakit menular yang berbasis di Singapura di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena.
Pekan lalu, Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) memperkirakan kasus DBD akan melampaui jumlah rekor tahunan sebelumnya, yaitu 22.170 kasus pada 2013. NEA mencatat kasus DBD pada Senin (6/7/2020) lalu sudah mencapai lebih dari 15.500.
"Semakin banyak kasus, semakin besar kemungkinan nyamuk yang tidak terinfeksi akan menggigit orang yang terinfeksi, sehingga menyebabkan peningkatan kasus," sambungnya, dilansir CNBC.
Menurut Leong, tidak ada keraguan tahun ini akan menjadi buruk.
Di negara tetangga, direktur jenderal kesehatan Malaysia mengumumkan adanya lonjakan kasus demam berdarah di seluruh negeri, bulan lalu.
Sedangkan di Indonesia sendiri, negara dengan populasi terpadat di Asia Tenggara, kementerian kesehatan melaporkan sudah ada 68.000 kasus DBD secara nasional pada akhir Juni kemarin.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC US), risiko demam berdarah di sebagian besar negara Asia Tenggara, dengan pengecualian Singapura, diklasifikasikan sebagai 'sering atau terus menerus'.
Musim hujan menjadi masa kritis
Baca Juga: 10 Tanaman Ini Bisa Usir Nyamuk di Rumah
Duane Gubler, direktur pendiri Emerging Infectious Diseases Signature Research Programme di Duke-NUS Medical School, Singapura, mengatakan negara-negara di kawasan di atas garis khatulistiwa akan memasuki masa kritis ketika musim penghujan, biasanya antara Juli dan November.
"Kekhawatiran saya berasal dari fakta bahwa mereka tidak memiliki infrastruktur kesehatan masyarakat untuk menangani kedua penyakit, terutama demam berdarah," kata Gubler, menunjuk penyakit lainnya adalah Covid-19.
Menurutny, dengan pengecualian Singapura, sebagian besar negara di Asia Tenggara telah gagal mengendalikan penyebaran demam berdarah.
"Setiap negara endemik benar-benar perlu mengambil tanggung jawab untuk membangun infrastruktur kesehatan publik mereka sendiri untuk menangani penyakit seperti demam berdarah," lanjut Gubler.
Ia menambahkan, orang-orang juga perlu dididik. Dengan begitu, ada keberlanjutan program untuk diperkenalkan di masa depan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit