Suara.com - Hingga kini peneliti masih belum dapat memecahkan teka-teki bagaimana infeksi virus corona memengaruhi bayi. Ada beberapa hipotesis tentang hal ini.
Studi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada April 2020 melaporkan 398 infeksi pada anak di bawah usia satu tahun, sebagian besar dari bayi ini mengalami gejala ringan.
Ulasan baru-baru ini dalam Italian Journal of Pediatrics, yang mengamati bayi baru lahir hingga usia enam bulan, menemukan mereka yang terinfeksi biasanya menunjukkan sedikit batuk, pilek dan demam yang hilang dalam seminggu atau lebih. Penelitian lain menunjukkan reaksi minor yang serupa.
Dilansir dari Scientific American, hal ini meninggalkan tanda tanya besar, mengapa demikian?
Salah satu hipotesis berfokus pada seberapa mudah virus corona dapat masuk ke jaringan tubuh, yaitu melalui reseptor ACE2 dan 'membajak mesin sel' tersebut untuk bereplikasi. Salinan ini kemudian menyerang sel baru.
Pemikirannya adalah sel-sel bayi hanya memiliki sedikit reseptor ACE2, sedangkan sel-sel dari orang dewasa mungkin menyimpan ribuan. Dengan lebih sedikit 'titik masuk', bisa jadi lebih sulit bagi virus untuk menerobosnya.
Atau, sistem kekebalan bayi mungkin belum matang untuk menyerang SARS-CoV-2, mengingat sebagian besar parahnya Covid-19 tampaknya disebabkan oleh respon imun yang kuat.
Meski begitu, bayi masih termasuk dalam golongan orang yang berisiko tinggi tertular Covid-19. Tingkat risikonya akan menurun seiring bertambahnya usia.
"Ini adalah 'tarian' yang terjadi antara virus dan sistem kekebalan tubuh kita sendiri," jelas Rana Chakraborty, seorang spesialis penyakit menular anak di Mayo Clinic.
Baca Juga: Anak Harus Dapatkan Coping Stress, Apa Maksudnya?
Jika pertahanan tubuh bereaksi terlalu sedikit, virus akan bisa mengambil alih. Namun, reaksi berlebihan bisa sama mematikannya.
Jadi, anak-anak dimulai usia sekitar satu tahun, mungkin berada di sweet spot antara bayi, yang sistem kekebalannya belum sepenuhnya kuat, dan orang dewasa, yang pertahanannya terkadang bereaksi secara cepat.
Mendukung hipotesis di atas, sebuah penelitian oleh Leena B. Mithal, spesialis penyakit menular anak di Northwestern University, terhadap 18 bayi di bawah 90 hari yang dites positif SARS-CoV-2 di Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie Chicago menemukan meski setengah dari mereka dirawat di rumah sakit, tidak ada yang memerlukan perawatan intensif.
"Saya pikir itu meyakinkan, bahwa bayi muda sebenarnya mungkin tidak secara khusus berisiko tinggi mengalami penyakit (Covid-19) parah dan kritis, karena kami awalnya khawatir," kata Mithal.
Tapi, peneliti tetap memperingatkan para orangtua untuk menjaga buah hati mereka dari penularan virus corona ini.
"Orang tua harus menyadari bahwa penting untuk melindungi anak-anak, bukan (hanya) dari infeksi itu sendiri, karena itu ringan, tetapi juga dari sindrom pascainflamasi ini," kata Asif Noor, asisten profesor klinis pediatri di New York University.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa