Suara.com - Harga rokok di Indonesia dinilai masih relatif murah dan mudah dibeli di mana pun. Kondisi itu membuat umlah perokok aktif anak di bawah usia 18 tahun meningkat sejak 2013.
Deputi Bidang tumbuh kembang anak Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin menyampaikan bahwa jumlah anak dan remaja meningkat hingga 9,1 persen pada 2018.
"Padahal sebelumnya, data Riskesdas 2013, anak dan remaja perokok sebanyak 7,2 persen," kata Lenny dalam webinar Hari Anak Nasional, Senin (27/7/2020).
Prevalensi itu meleset dari target pemerintah yang merencanakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2019 yang menargetkan perokok anak dan remaja turun hingga 5,4 persen. Sementara itu, kenaikan prevalensi juga terjadi pada perokok perempuan.
Data Riskesdas juga menunjukan bahwa kenaikan prevalensi perokok pada perempuan usia 15 tahun ke atas naik dua kali lipat. Sebelumnya, jumlah perokok perempuan di Indonesia hanya 2,5 persen pada 2016, namun meningkat menjadi 4,8 persen pada 2018.
Sedangkan penurunan terjadi pada perokok laki-laki usia 15 tahun ke atas dengan rentang waktu yang sama. Pada 2016 jumlah perokok laki-laki sebanyak 68,1 persen kemudian turun jadi 62,9 persen pada 2018.
Prevalensi perokok yang masih ditinggi itu dinilai karena harga rokok yang masih murah dan mudah dijangkau. Meski begitu, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio N. Kacaribu mengklaim, harga rokok terus naik sejak 2013-2018.
"Sejak 2013 sampai 2018, harga rokok relatif masih mahal terhadap pendapatan masyarakat. Yang membuat lebih mahal karena pemerintah menaikan harga cukai," kata Febrio dalam kesempatan webinar yang sama.
Namun, harga rokok kembali lebih murah terhadap pendapatan masyarakat pada 2019. Menurut Febrio, pada tahun itu, kondisi yang terjadi tidak memungkinkan pemerintah untuk menaikan harga cukai rokok. Akibatnya, produksi rokok meningkat 7,3 persen pada 2019.
Baca Juga: Cegah Anak-anak Beli Rokok, Mensos Juliari Usul Harga Rokok Jadi Rp 100.000
"Kita harus membuat rokok tidak murah bagi anak-anak. Jangan terlalu terjangkau," katanya.
Menurut Febrio, dari tahun ke tahun harga rokok selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata 9,3 persen per tahun. Ia juga memastikan bahwa tahun ini pemerintah akan menaikan harga cukai rokok. Dengan begitu diharapkan bisa menekan prevalensi perokok di Indonesia.
"Kebijakan tarif Cukai dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi pertumbuhan negatif produksi hasil tembakau," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
Terkini
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri