Suara.com - Masyarakat di seluruh dunia hingga saat ini masih menunggu kehadiran vaksin virus corona. Sambil menunggu, masyarakat disarankan untuk tetap memakai masker agar terhindar dari virus tersebut.
Seperti diketahui, sampai sekarang, kandidat vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford, perusahaan Cina Sinopharm, raksasa farmasi Cina Sinovac dan pendatang baru Moderna Inc telah mencapai Tahap III percobaan manusia.
Hasil menggembirakan dari percobaan awal yang dilakukan oleh Universitas Oxford telah melahirkan harapan baru vaksinasi terhadap virus corona baru. Lantas, jika nanti vaksin corona telah tersedia, masih perlukah masyarakat menggunakan vaksin?
Dilansir dari Times of India, meski vaksin virus corona mungkin akan tersedia pada akhir 2020 atau pada 2021 nanti, masker wajah dan penutup wajah mungkin masih menjadi bagian dari rutinitas harian kita.
Hal pertam, karena vaksin telah dikembangkan dengan super cepat untuk membendung penyebaran virus corona baru. Artinya kita mungkin tidak memiliki vaksin yang benar-benar efektif dalam memberikan kekebalan terhadap virus corona baru.
Meski vaksin dapat mengurangi kemungkinan pasien Covid-19 tertular infeksi lagi dan bahkan menurunkan kemungkinan timbulnya gejala, mereka mungkin tidak segera memberikan perlindungan penuh terhadap coronavirus baru atau mencegah orang dari terinfeksi bersama-sama.
Sampai sekarang, kandidat vaksin bertujuan untuk memberikan setidaknya 60 hingga 70 persen kemanjuran dalam mencegah infeksi Covid-19.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di Science Insider, Maria Elena Bottazzi, seorang pengembang vaksin di Baylor College of Medicine mengatakan, "Saat Anda mendapatkan vaksin tidak berarti Anda akan memasukkan masker Anda ke tempat sampah. Itu tidak akan terjadi. Saya harap orang-orang tidak berpikir itu akan menjadi solusi ajaib untuk semua. "
Ini pada dasarnya berarti akan ada kebutuhan selanjutnya untuk revisi, vaksin yang lebih kuat yang akan meningkatkan kemanjuran dalam mencegah infeksi coronavirus dan seluruh perjalanan ini mungkin memerlukan waktu lebih lama.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Meningkatkan Risiko Baby Blues dan Depresi Pascamelahirkan
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Seoharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan