Suara.com - Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Kristiana Siste, SP.Kj (K) menyampaikan bahwa anak dan remaja di kawasan Asia lebih mungkin kecanduan internet dibanding dengan anak-anak di negara-negara Eropa.
Hal tersebut, kata Kristiana, bisa dipengaruhi oleh pola asuh orangtua yang berbeda antara orang Asia dan orang-orang di negara Eropa.
"Ada literatur secara kultural kemudian yang menjelaskan, karena beban anak dan remaja secara akademik di negara Asia sangat tinggi. Bagaimana parenting orangtua di negara Asia berbeda dengan di Barat," jelas Kristiana dalam webinar bersama Kemenkes, Rabu (5/8/2020).
Ia memaparkan, orangtua di Asia cenderung lebih mengutamakan nilai akademis anaknya daripada keahlian di bidang lain.
Anak juga terlalu dituntut untuk mendapat nilai sempurna pada pelajaran eksakta atau sains, yang pada akhirnya, membuat beban berlebih pada anak.
"Kalau di negara Barat berbeda, bukan cuma akademik yang diperlihatkan. Tapi anak-anak yang juga lebih di bidang lain juga dihargai. Jadi ada istilah kalau orangtua di Asia sifatnya demanding, dia menjaga, menyediakan kebutuhan tapi demanding-nya tinggi," paparnya.
Akibatnya anak bisa mengalami depresi yang kemudian menyebabkan anak melampiaskan tekanan tersebut lewat bermain internet.
Kristiana juga menyinggung bagaimana orangtua mestinya menerapkan pola asuh autoritari. Artinya, orangtua membuat aturan sekaligus menjelaskan alasan mengapa aturan tersebut dibuat.
Ia mencontohkan seperti mengajarkan pembuatan konten digital kepada anak. Orangtua perlu menjaskan konten apa saja yang tepat atau tidak tepat untuk anak. Bentuk konten seperti apa yang patut diunggah dan dilihat anak-anak. Juga reaksi terhadap bentuk konten tertentu.
Baca Juga: Aturan Ketat Pangeran William dan Kate Middleton Untuk Ketiga Anaknya
"Jadi mengajarkan kepada anak kalau ada konten negatif maka harus bisa mengajarkan anak bereaksi terhadap konten negatif sepeti apa. Kita boleh mengajarkan konten ini negatif maka apa yang harus lakukan," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan