Suara.com - Rasa gatal pada organ intim perempuam mungkin bisa jadi disebabkan oleh pasangan laki-laki mereka. Bakteri vaginosis, infeksi yang sangat umum yang mempengaruhi hampir satu dari tiga (29 persen) perempuan, dapat menyebabkan rasa gatal yang hebat, keluar cairan yang tidak normal, buang air kecil yang panas dan bau busuk.
Terlepas dari prevalensinya, sumber infeksi tetap menjadi misteri - sampai penelitian terbaru dirilis oleh ahli epidemiologi di University of Illinois di Chicago.
Mereka menemukan bahwa mikrobioma penis dapat memainkan peran penting karena, seperti usus, organ reproduksi pria menjadi tuan rumah bagi koloni bakteri sendiri.
Survei selama setahun, yang diterbitkan dalam Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, mengamati 168 pasangan heteroseksual di Kenya. Awalnya, para ilmuwan menguji setiap peserta untuk mengetahui bakteri genital mereka, sementara juga memastikan bahwa perempuan yang terlibat tidak terinfeksi.
Pada kelompok pria, para peneliti juga mencatat bahwa 56 persen dari mereka telah menyunat penis, faktor yang diketahui dalam susunan mikrobiota anggota pria.
Subjek uji diminta untuk menindaklanjuti pada satu, enam dan 12 bulan untuk memantau aktivitas bakteri mereka dari waktu ke waktu. Pada akhir penelitian, 31 persen perempuan secara keseluruhan telah mengembangkan BV.
Sementara itu, tingkat infeksi tercatat 37,3 persen jika pria tersebut tidak disunat berbanding 26,3 persen jika pria tersebut disunat.
Temuan ini menunjukkan bahwa penis memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kesehatan vagina daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para ilmuwan mampu mengidentifikasi 10 spesies mikroflora penis yang sesuai dengan kasus BV, seperti Gardnerella dan Sneathia sanguinegens, yang telah terlibat dalam penelitian sebelumnya pada wanita dengan infeksi vagina.
Baca Juga: Makan Timun Disebut Bisa Sebabkan Keputihan, Benarkah?
Namun, mereka mencatat bahwa korelasi tersebut tidak secara tepat membuktikan bahwa pria atau kebiasaan higienis mereka salah. Para penulis menunjukkan bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya meyakinkan, karena hanya 46 persen pasangan yang terlibat dihitung pada keempat pertemuan selama percobaan 12 bulan.
Fakta bahwa kelompok studi adalah satu-satunya pasangan heteroseksual di Kenya juga membatasi jangkauan ilmiahnya.
“Saya ingin para dokter, peneliti, dan publik menjadi inklusif pasangan seks pria dalam upaya mereka untuk meningkatkan kesehatan reproduksi wanita,” kata penulis utama studi tersebut, Supriya D. Mehta, dalam sebuah pernyataan.
“Bukan untuk mengarahkan atau menyalahkan satu pasangan atau lainnya, tetapi untuk meningkatkan pilihan dan kesempatan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi, dan semoga mengurangi stigma dari vaginosis bakterial.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 Oktober 2025, Banjir 16.000 Gems dan Pemain Acak 106-110
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Lari: Half Marathon dengan Pemandangan Ikonik Jakarta
-
Cuaca Panas Bikin Kulit Gatal dan Ruam Merah? Itu Tanda Alergi, Ini Obat yang Tepat
-
Peer Parenting: Rahasia Ibu Modern Membangun Generasi Luar Biasa
-
Rahmad Setiabudi Jadi Pelari Indonesia Tercepat di Chicago Marathon 2025
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami