Suara.com - Setiap orang memiliki jam tubuh yang berbeda. Jam tubuh atau ritme sirkadian sendiri dipercaya mampu mengatur bagaimana tubuh bekerja dalam pola 24 jam.
Ritme sirkadian pada akhirnya, memengaruhi kehidupan mulai dari jam tidur, suasana hati hingga risiko seseorang terkena serangan jantung.
Tapi sayangnya tidak semua orang memiliki ritme sirkadian yang sama.
Beberapa orang masuk kategori manusia pagi atau "larks". Mereka bangun sangat awal pada pagi hari dan merasa lelah saat menjelang larut malam. Ada juga orang malam atau "burung hantu". Tipe ini biasanya sulit bangun pagi, produktif di malam hari dan lebih memilih untuk tidur larut malam.
Dan menurut para peneliti dari Universitas Bristol, hal tersebut sangat berhubungan dengan risiko terkena kanker payudara.
Lewat metode pengacakan Mendelian, peneliti menganalisis data sekitar 341 DNA yang mengontrol apakah seseorang termasuk dalam tim larks atau burung hantu.
Mereka menggunakan metode tersebut untuk melakukan percobaan pada lebih dari 180.000 perempuan dari Biobank Inggris dan hampir 230.000 perempuan dari studi Konsorsium Asosiasi Kanker Payudara.
Menurut peneliti, orang-orang yang secara genetis menjadi seorang "larks", lebih kecil kemungkinannya berisiko menderita kanker payudara daripada burung hantu.
Itu artinya, orang-orang yang aktif di malam hari lebih mungkin menderita kanker payudara. Tapi tentu saja penelitian ini hanya sebuah potret kecil karena hanya menunjukkan dua dari 100 burung hantu mengembangkan kanker payudara dibandingkan dengan satu dari 100 larks.
Baca Juga: Zodiak Kesehatan Hari Ini Rabu 19 Agustus 2020: Aries Butuh Tidur Nyenyak
"Temuan ini berpotensi sangat penting karena tidur mudah dimodifikasi. Penelitian sebelumnya telah melihat dampak dari kerja shift, tetapi ini menunjukkan mungkin ada faktor risiko untuk semua perempuan," kata Dr Rebecca Richmond dari University of Bristol.
Selain itu, usia dan riwayat keluarga juga menjadi faktor risiko utama lainnya untuk mengembangkan kanker payudara. Jadi apakah tidur nyenyak akan menghentikan seseorang terkena kanker?
Tidak sesederhana itu. Dr Richmond mengatakan masih terlalu dini untuk memberikan kesimpulan yang lebih jelas. "Kami masih perlu mengetahui apa yang membuat orang yang beraktivitas di sore hari lebih berisiko daripada orang pagi. Kita perlu membongkar hubungannya," katanya.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan ilmu pengetahuan tidak pernah benar-benar 100% pasti. Tetapi hasil penelitian ini cocok dengan gambaran besar yang muncul lebih dulu.
Karena menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, kerja shift malam dapat mengganggu jam tubuh dan terkait dengan meningkatnya risiko terkena kanker.
"Hasil yang menarik ini menambah bukti bahwa ada tumpang tindih antara genetika ketika kita lebih suka tidur dan risiko kanker payudara, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk uraikan secara spesifik hubungan ini," kata Dr Richard Berks dari Breast Cancer Now.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan