Suara.com - Terapi plasma darah, yang menggunakan darah dari mantan pasien Covid-19 diteliti dapat menjadi perawatan yang efektif. Sejauh ini terapi plasma pun menujukan hasil positif, di mana pasien Covid-19 penerima plasma darah mengalami perbaikan kondisi.
Namun demikian, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menunda persetujuan darurat mereka terkait penggunaan terapi plasma.
Seperti diberitakan The New York Times, dikatakan bahwa Anthony Fauci dan para pemimpin di Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, menyuarakan keraguan mereka terhadap plasma darah sebagai pengobatan yang menyelamatkan jiwa pasien Covid-19.
Mereka mengungkapkan keprihatinan atas data yang dihasilkan sejauh ini mengenai pengobatan terapi plasma.
Dilansir dari Medical Daily, Mayo Clinic merilis data pada 35.322 orang yang dirawat dalam uji coba terapi plasma. Meskipun data awal menunjukkan beberapa manfaat plasma dalam waktu tiga hari setelah infeksi, hal itu tetap menimbulkan kekhawatiran.
Sebab tiga hari adalah waktu yang sangat kecil untuk membawa plasma ke pasien dan plasma darah tidak dapat diproduksi, itu harus disumbangkan dari seseorang yang sembuh sendiri dari kasus Covid-19.
Sebagai perumpamaan, darah manusia itu seperti sup. Saat semua potongan besar dalam sup disaring, yang tersisa adalah kaldu yang kaya.
Dalam darah, kaldu ini adalah plasma dan diduga mengandung antibodi Covid-19 yang mungkin menyelamatkan jiwa. Setelah Anda terserang virus tertentu, tubuh Anda menyimpan ingatan tentang penyakit tersebut untuk membantu melawannya lagi.
Ingatan ini adalah antibodi. Teori mengenai plasma darah adalah bahwa memberikan pasien saat ini sup antibodi dari orang yang telah sembuh akan memungkinkan plasma menipu tubuh untuk melawan virus.
Baca Juga: Donor Plasma Konvalesen Pasien Sembuh Covid-19
Ada juga masalah yang lebih besar terkait terapi plasma. Sebagian besar uji coba plasma tidak memiliki kontrol. Dalam eksperimen ilmiah dan uji coba medis, kontrol adalah bagian penting untuk membuktikan hipotesis.
Meskipun FDA menunda otorisasi penggunaan darurat, bukan berarti bahwa terapi plasma tidak lagi tersedia. Otorisasi akan membuat penggunaan plasma lebih mudah, tetapi dokter masih dapat merawat pasien mereka dengan plasma jika mereka bisa mendapatkannya, karena kami menunggu lebih banyak data.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?