Suara.com - Para peneliti dari National Center for Infectious Diseases (NCID), Duke-NUS Medical School dan Agency for Science, Technology and Research di Singapura baru-baru ini menemukan varian baru untuk Covid-19.
Dalam temuan itu, varian baru tersebut menyebabkan infeksi yang lebih ringan. Tim di balik penemuan tersebut mempublikasikan studi mereka di jurnal medis The Lancet.
Dilansir dari World of Buzz, dari penelitian tersebut, ditemukan, bahwa pasien yang terinfeksi varian baru mengalami hasil klinis yang lebih baik. Mereka memiliki proporsi yang lebih rendah dalam mengembangkan oksigen darah rendah atau kebutuhan perawatan intensif.
Studi tersebut juga menemukan bahwa varian tersebut menyebabkan respons imun yang lebih kuat.
"Studi ini memberikan data meyakinkan pertama yang menunjukkan bahwa perubahan genetik yang diamati (mutasi) pada SARS-CoV-2 telah memengaruhi tingkat keparahan penyakit pada pasien," kata Gavin Smith dari Duke-NUS menjelaskan,
Para peneliti juga menjelaskan bahwa temuan tersebut dapat mempengaruhi pengembangan vaksin sekaligus pengobatan untuk Covid-19.
Sebelumnya, ada beberapa saran bahwa Covid-19 telah melemah dari waktu ke waktu, berpotensi menjadi kurang mematikan.
Saran itu pertama kali muncul pada Juni, ketika seorang dokter di Italia - yang merupakan salah satu negara yang paling terpukul di Eropa awal tahun ini - menyatakan pendapat bahwa virus dapat mati dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan vaksin.
Prof Matteo Bassetti mengatakan kepada Sunday Telegraph, virus Corona Covid-19 seperti harimau agresif di bulan Maret dan April, tetapi sekarang dia seperti kucing liar. Pemeriksaan suhu kini menjadi hal biasa.
Baca Juga: Ahli Ragukan Efektivitas Terapi Plasma untuk Perawatan Pasien Covid-19
"Bahkan pasien lansia, berusia 80 atau 90 tahun, sekarang duduk di tempat tidur dan bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan meninggal dalam dua atau tiga hari sebelumnya," ujar dia
Tenaga medis Italia lainnya, Dr Alberto Zangrillo, Kepala Rumah Sakit San Raffaele Milan, mengatakan pada Juni bahwa virus telah menjadi' jauh tidak lebih mematikan dan tidak ada lagi secara klinis 'di Italia
Namun klaim ini telah dibantah oleh ahli lain. Dr Angela Rasmussen dari Universitas Columbia. Ia mengatakan bahwa tidak ada bukti virus kehilangan potensi di mana pun.
Sementara itu, Dr Oscar MacLean dari Universitas Glasgow menambahkan, "Meskipun pelemahan virus melalui mutasi secara teoritis dimungkinkan, itu bukan sesuatu yang kita harus berharap, dan klaim apa pun seperti ini perlu diverifikasi dengan cara yang lebih sistematis."
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?