Suara.com - Penelitian dari Korea Selatan melaporkan pada Jumat (28/8/2020) bahwa anak-anak dapat membawa virus corona di hidung dan tenggorokan mereka selama berminggu-minggu, bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apa pun.
"Dalam studi kasus ini, infeksi yang tidak terlihat pada anak-anak mungkin telah dikaitkan dengan penularan Covid-19 diam-diam di masyarakat," kata peneliti, dilansir CNN.
Peneliti memperkirakan bahwa 85 anak yang terinfeksi (93 persen) akan terlewat apabila menggunakan tes yang difokuskan pada pasien bergejala saja.
Studi yang baru rilis ini menambah bukti mengapa menyebarkan 'jaring' yang luas dalam pelacakan kontak adalah kunci strategi dalam mengurangi penyebaran virus.
Studi yang terbit dalam jurnal JAMA Pediatrics ini menganalisis data pada 91 anak tanpa gejala, pra-gejala dan memiliki gejala, yang didiagnosis Covid-19 antara 18 Februari hingga 31 Maret di 22 pusat di seluruh Korea Selatan.
Di antara pasien tersebut, 20 di antaranya (22 persen) tidak menunjukkan gejala yang jelas dan tetap tidak bergejala selama penelitian.
Sedangkan 18 anak lainnya (20 persen) pra-gejala, artinya gejala mereka tidak terlihat atau tidak merasa sakit di awal tetapi menunjukkan pada akhirnya.
Secara total, lebih dari separuh anak, 71 anak (78 persen) memang menunjukkan gejala, seperti demam, batuk, diare, sakit perut, dan kehilangan kemampuan indra penciuman atau rasa. Lamanya gejala bervariasi, mulai dari seminggu hingga 36 hari.
Data menunjukkan hanya 8,5 persen dari pasien bergejala yang didiagnosis saat gejala mereka mulai. Sebagian besar (66,2 persen) pasien bergejala memiliki gejala yang tidak dikenali sebelum didiagnosis, dan 25,4 persen mengembangkan gejala setelah didiagnosis.
Baca Juga: Sidang Narkobanya Digelar Hari Ini, Vanessa Angel Minta Maaf ke Anak
"Ini menyoroti konsep bahwa anak-anak yang terinfeksi kemungkinan lebih mungkin tidak diketahui, baik dengan atau tanpa gejala dan melanjutkan aktivitas mereka yang biasa, yang dapat menyebarkan virus di masyarakat," kata Dr. Roberta DeBiasi dan Dr. Meghan Delaney, keduanya dari Children's National Hospital di Washington, DC.
Studi ini menemukan materi genetik dari virus terdeteksi pada anak-anak selama rata-rata 17,6 hari. Bahkan, pada anak-anak yang tidak memiliki gejala, virus tersebut rata-rata terdeteksi selama 14 hari.
Mungkin juga virus tetap pada anak-anak lebih lama lagi, kata penelitian tersebut, karena tanggal infeksi awal tidak diidentifikasi.
Namun, ini tidak berarti anak-anak itu menyebarkan virus, kata para ahli.
Menurut mereka, adanya materi genetik virus pada saat tes swab tidak perlu disamakan dengan penularan, terutama pada orang yang tidak memiliki gejala penting seperti batuk dan bersin.
Lebih banyak penelitian juga diperlukan untuk menentukan apakah temuan serupa juga terjadi di antara kelompok anak-anak lain dari negara yang berbeda.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025