Suara.com - Virus SARS COV-2 penyebab sakit Covid-19 dikabarkan telah bemutasi menjadi D614G. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman prof. Amin Soebandrio mengatakan, sangat mungkin mutasi yang terjadi memiliki kemampuan infeksi yang lebih tinggi.
"Mutasi D614G sejak awal ditemukan kemudian dites di lab ternyata memang mutan ini bisa memiliki kecepatan menginfeksi sel manusia lebih cepat dari yang bukan D614G," jelas Amin dalam webinar media gathering, Kamis (3/8/2020).
Ia menegaskan, hingga saat ini belum ada pengamatan yang menunjukan penularan antarmanusia bisa terjadi lebih cepat atau satu orang bisa menyebarkan ke lebih banyak makhluk hidup.
Profesor amin juga menjelaskan bahwa mutasi cenderung memengaruhi jumlah protein pada virus tetapi berada di lokasi berbeda dari RBD atau Receptor Binding Domain, bagian yang menempel langsung dengan reseptor ACE-2 dipermukaan sel manusia.
Sehingga dengan demikia, mutasi dianggap tidak akan memengaruhi kinerja vaksin yang saat ini tengah dikembangkan.
"Selama RBD tidak terganggu maka kinerja vaksin tidak terganggu juga. Selama mutasi tidak memengaruhi protein yang jadi target vaksin maka tidak akan mempengaruhi target vaksin. Penelitian diseluruh dunia menggunakan RBD sebagai target," jelasnya.
Kalau pun terjadi mutasi virus corona dengan genetik yang berbeda, peneliti LBM Eijkman R. Tedjo Sasmono PhD, menyampaikan bahwa pembuatan vaksin baru tetap bisa lebih mudah dari sebelumnya. Asalkan, menurutnya, yang menjadi kunci adalah Indonesia harus memiliki teknoligi alat penelitian vaksin.
"Jadi tinggal diambil gennya dimasukan lagi ke vektornya. Jadi itu lah salah satu pentingnya teknologi vaksin di kuasai Indonesia. Tanpa itu kita hanya akan bergantung pada negara lain. Ketika ada yang harus diganti bahan dasar gen virus itu, ketika kita sudah punya teknologinya mudah tinggal mengganti saja," paparnya.
Walau begitu, pembuatan vaksin dengan virus yang bermutasi tentu juga memerlukan waktu yang tak sebentar karena penelitian harus diulang dari awal. Tetapi, menurut Tedjo, harusnya bisa lebih mudah.
Baca Juga: Gejala Baru COVID-19, Happy Hypoxia Menelan 3 Korban di Jateng
"Kalau sistem sudah establis, sudah lancar, kita sudah tahu, itu akan lebih cepat. Karena kita tidak perlu lagi mengkarakterisasi (virus) secara detail. Kalau ketemu mutasinya nanti kita tinggal ambil aja virus baru tersebut. Begitu masuk eksresi akan lebih mudah," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern