Suara.com - Infeksi Covid-19 di Indonesia sudah tembus lebih dari 200.000 kasus. Namun dicurigai, angka yang sesungguhnya lebih besar dari ini. Hal ini lantaran masih terbatasnya pemeriksaan virus corona di Indonesia.
Per 9 September 2020, ada lebih dari 92.000 orang dikategorikan suspek, namun kapasitas pemeriksaan PCR di Indonesia masih di bawah 30.000 per hari. Artinya, tidak semua suspek bisa dilakukan pemeriksaan.
Selain alat dan mesin yang terbatas, kapasitas SDM atau tenaga ahli yang mampu melakukan pemeriksaan PCR juga terbatas. Kemampuan melakukan PCR sebagai metode menegakkan diagnosis Covid-19 sangat penting, karena salah-salah mereka bisa ikut terinfeksi.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan virus corona penyebab sakit Covid-19 sangat infeksius. Sebagai laboratorium klinik yang sudah berkutat sekian lama dengan virus, Dewi mengatakan virus corona ini harus diperiksa dengan cermat dan berhati-hati.
"Virus Covid-19 ini berbeda, sangat infeksius dan harus berhati-hati saat pemeriksaanya, harus aman yang lakukan pemeriksaan, dan harus aman dari kontaminasi. Jadi tidak boleh sampel yang dikerjakan terkontaminasi dengan sampel lainnya, itu sangat dijaga," ujar Dewi dalam acara pengenalan Cobas 6800 System untuk memeriksa Covid-19, Kamis (10/9/2020).
Dewi menjelaskan proses krusial dari pemeriksaan tes PCR dengan cara manual ada pada proses pemindahan sampel yang diambil dari pasien harus dimasukkan ke dalam tabung pemeriksaan, dan itu bisa sangat berbahaya jika tidak punya kemampuan untuk melakukannya.
Oleh karena itu, proses ini biasanya dilakukan di laboratorium bio safety level (BSL) II atau BSL III yang punya fasilitas tekanan negatif, sehingga virus dan patogen tidak beterbangan yang bisa berpotensi menginfeksi petugas yang memeriksa.
"Lebih sulit sulit kalau menggunakan sistem manual, karena semua prosedur itu dilakukan oleh manusia. Tentunya penjagaannya harus diawasi terus menerus," jelasnya.
Namun kini semakin berkembangnya teknologi, untuk memeriksa Covid-19, banyak negara di dunia mengembangkan mesin yang dapat menggantikan tugas memindahkan sampel, sehingga petugas tak perlu lagi melakukannya secara manual. Semua bisa dilakukan dengan mesin sehingga mendapatkan hasil lebih cepat.
Baca Juga: Puan: Jangan Sia-siakan Masyarakat, Aturan PSBB Jangan Cuma di Atas Kertas
Mesin tersebut bernama Cobas 6800 System, dan saat ini sudah dimiliki oleh Prodia, sebagai klinik pertama Indonesia yang memilikinya. Sebelumnya, mesin ini lebih dulu diutamakan untuk laboratorium milik pemerintah, karena kebutuhan pemeriksaan cepat di masyarakat. Jika sebelumnya Prodia memiliki 20 tenaga ahli yang punya kemampuan tes manual PCR, dengan mesin ini, cukup seorang tenaga ahli bisa melakukan proses pemeriksaan Covid-19 dari awal hingga akhir.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru