Suara.com - Plasma darah sempat disebut bisa membantu mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19. Tapi, menurut studi terbaru yang dilakukan oleh Indian Council of Medical Research, badan medis teratas India, terapi convalescent plasma (CP) tampaknya tidak mengurangi risiko kematian pada pasien virus Corona sedang hingga parah.
Penelitian itu berjudul 'Convalescent plasma in the management of moderate COVID-19 in India: An open-label parallel-arm phase II multicentre randomized controlled trial (PLACID Trial)'.
Dilansir dari Times of India, dalam terapi plasma, orang yang telah sembuh dari COVID-19 mendonorkan darahnya karena memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.
Darah kemudian diproses untuk menghilangkan sel darah, meninggalkan plasma dan antibodi. Plasma ini kemudian ditransfusikan ke pasien yang terinfeksi virus corona untuk meningkatkan kemampuannya melawan virus.
Untuk melakukan penelitian, total 464 pasien virus korona dianalisis, yang telah mengembangkan gejala penyakit sedang termasuk kesulitan bernafas dan saturasi oksigen kurang dari 93 persen.
Pasien COVID dibagi menjadi dua kelompok untuk menganalisis dampak terapi plasma dalam mengurangi risiko kematian dan menghentikan perkembangan infeksi.
Oleh karena itu, 235 pasien kelompok pertama diberikan terapi plasma untuk membantu pemulihan mereka, sementara 229 pasien COVID-19 menerima perawatan standar terbaik.
Pasien dalam kelompok pertama diberi dua dosis 200 ml plasma, selang 24 jam. Hasil dari pasien pada kedua kelompok dibandingkan setelah 28 hari dan ditemukan bahwa 34 pasien dari kelompok pertama (mereka yang telah menerima terapi plasma) telah meninggal karena penyakit tersebut.
Sebaliknya, 31 pasien, yang diberi perawatan standar terbaik dan tidak menerima terapi plasma, telah meninggal. Studi ICMR juga mencatat bahwa 17 pasien di kedua kelompok mengalami gejala parah dan kondisinya memburuk.
Baca Juga: 60 Peserta kena Corona, Ketua KPU: Debat Pilkada 2020 Tetap Secara Langsung
Studi tersebut menyoroti bahwa tidak ada reaksi merugikan dari terapi plasma dan itu memberikan bantuan ringan tertentu kepada pasien virus corona. Para peneliti mengamati bahwa CPT membantu meringankan gejala tertentu seperti kelelahan dan sesak napas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif