Suara.com - Sebuah studi membandingkan sistem kekebalan antara anak-anak dan orang dewasa terkait dengan Covid-19. Hal ini yang kemudian bisa mendeteksi mengapa anak-anak cenderung mengalami gejala yang lebih ringan.
Melansir dari Medical Xpress, studi ini dipublikasikan di Science Translational Medicine yang disusun oleh para ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Albert Einstein, Rumah Sakit Anak di Montefiore (CHAM), dan Universitas Yale.
Studi tersebut melibatkan 60 pasien Covid-19 dewasa dan 65 pasien Covid-19 anak di bawah usia 24 tahun yang dirawat di CHAM. Hasilnya, 22 pasien dewasa atau 37 persen membutuhkan ventilasi mekanis dibandingkan dengan hanya lima atau 8 persen pasien anak.
Selain itu, 17 orang dewasa atau 28 persen meninggal di rumah sakit dibandingkan dengan dua atau 3 persen pasien anak.
"Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak dengan Covid-19 lebih baik daripada orang dewasa karena kekebalan bawaan mereka yang lebih kuat melindungi dari SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19," kata rekan penulis senior Betsy Herold, MD, kepala bidang infeksi.
Manusia memiliki dua jenis kekebalan, yakni bawaan dan adaptif. Kekebalan bawaan adalah sel-sel kekebalan yang merespons dengan cepat segala jenis patogen, kekebalan ini lebih kuat selama masa kanak-kanak.
Sementara kekebalan adaptif adalah jenis respons imun kedua yang lebih spesifik dan menonjolkan antibodi serta sel imun yang menargetkan virus atau mikroba.
Dibandingkan dengan pasien dewasa, pasien Covid-19 anak memiliki respons imun bawaan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa respons bawaan yang lebih kuat pada anak-anak yatanya melindungi mereka untuk mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) akibat Covid-19.
Sementara pada pasien dewasa yang meninggal atau memerlukan ventilasi mekanis malah mengalami respon kekebalan yang lebih kuat. "Hasil ini menunjukkan bahwa penyakit Covid-19 yang lebih parah pada orang dewasa bukan disebabkan oleh kegagalan kekebalan adaptif mereka untuk meningkatkan respons sel-T atau antibodi," kata Dr. K. Herold.
Baca Juga: Pasien Meninggal Dunia Akibat COVID-19 di Kepri Capai 3 Persen
"Sebaliknya, pasien dewasa menanggapi infeksi virus corona dengan respons imun adaptif yang terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan peradangan seperti ARDS," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien