Suara.com - Serangan jantung termasuk kondisi serius dan mematikan akibat penyakit jantung koroner. Departemen Kesehatan Layanan Kemanusiaan mengatakan kejang arteri koroner bisa menyebabkan serangan jantung.
Kondisi ini memang tidak terlalu umum, tapi kejang arteri koroner yang parah, yaitu pengetatan arteri koroner bisa memotong aliran darah ke jantung.
Kondisi ini berbeda dengan penyakit arteri koroner, suatu kondisi di mana plak menumpuk di dinding arteri.
Pada penyakit arteri koroner dilansir dari Express, zat lilin (plak) menumpuk selama beberapa tahun dalam proses yang dikenal sebagai aterosklerosis. Akhirnya, area plak bisa pecah di dalam arteri menyebabkan pembekuan darah terbentuk di permukaan plak.
Jika bekuan darah semakin besar, maka kondisi itu bisa menghalangi sebagian besar atau seluruh aliran darah melalui arteri koroner.
Setiap otot jantung yang rusak akan memiliki jaringan parut. Kondisi ini bisa menyebabkan masalah lebih parah dan berlangsung lama.
Sedangkan, kejang arteri koroner bisa terjadi di area yang tidak terpengaruh oleh aterosklerosis. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kejang pada lapisan otot di dinding pembuluh darah.
Jenis kejang ini bisa dikaitkan dengan stres atau emosional, yang bisa menyebabkan serangan jantung lebih parah.
Penyebab terkait lainnya bisa jadi berasal dari paparan flu ekstrem, merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang, seperti kokain.
Baca Juga: Komplikasi Virus Corona, Ahli Inggris Sebut Pasien Bisa Alami Psikosis
British Heart Foundation (BHF) menyebut kejang arteri koroner sebagai varian angina atau ptinzmetal angina. Biasanya kondisi ini menyebabkan nyeri dada tidak stabil dan sesak yang bisa menyebar ke lengan atau rahang.
Gejala ini bisa muncul secara spontan dan terjadang dikaitkan dengan siklus menstruasi pada beberapa kasus.
Biasanya dokter mendiagnosis kejang arteri koroner menggunakan angiogram untuk memberikan gambar sinar-X arteri jantung. Sementara itu, dokter menyuntikkan asetilkolin, bahan kimia yang digunakan untuk melemaskan atau melebarkan pembuluh darah.
Jika pembuluh darah malah menyempit (vasospasme), dokter dapat mendiagnosis kejang arteri koroner. Tapi, Kejang juga mungkin terkait dengan area peradangan di dalam dinding pembuluh darah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?