Suara.com - Sudah menjadi rahasia umum jika madu memiliki banyak manfaat, termasuk kesehatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa madu adalah obat batuk dan pilek yang lebih baik daripada antibiotik atau obat yang dijual bebas.
Para peneliti tidak yakin mengapa madu dapat membantu mengobati gejala pilek, tetapi mungkin ada hubungannya dengan antioksidan atau fakta bahwa madu itu kental, sehingga dapat 'melapisi' tenggorokan yang teriritasi.
Penulis studi, Hibatullah Abuelgasim, mahasiswa kedokteran di Universitas Oxford, Inggris, memilki kesimpulan bahwa madu adalah alternatif yang baik dari antibiotik.
Terlebih mengingat antibiotik tidak dapat menyembuhkan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus.
Selain itu, penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan resistensi mikroba.
Dalam uji coba terkontrol acak samar ganda di Iran menunjukkan madu dan kopi terbukti mengurangi frekuensi batuk pada orang dewasa yang batuk terus-menerus lebih dari tiga minggu. Studi ini terbit pada Nature Primary Care Respiratory Journal.
Studi lainnya yang dipublikasikan di National Journal of Physiology, Pharmacy and Pharmacology, menemukan pasien sakit tenggorokan lebih cepat sembuh ketika diberi campuran madu, obat anti inflamasi, antibiotik dan obat kumur antiseptik, dibandingkan ketika semua perawatan tersebut diberikan tapi tanpa madu.
"Kekuatannya adalah mayoritas penelitian yang kami masukkan dilakukan secara acak. Kelemahannya adalah bahwa beberapa studi memiliki ukuran sampel yang relatif kecil, dan beberapa tidak tertutup," kata Abuelgasim, dilansir Live Science.
Hingga kini, satu pertanyaan yang belum terjawab adalah mengapa madu lebih meredakan gejala batuk pilek daripada obat-obatan yang dijual bebas.
Baca Juga: Benarkah Batuk Perokok Bisa Indikasi Kanker Paru-Paru? Ini Jawabannya!
Peneliti menduga ini dikarenakan bahan antimikroba dari madu yang langsung melawan patogen penyebab flu. Lainnya, karena madu bertekstur kental dan melapisi sehingga menenangkan tenggorokan.
Madu juga manis, dan bagian otak yang memproses rasa manis berada di dekat bagian otak yang mengendalikan batuk, jadi mungkin ada beberapa interaksi saraf atau neurotransmiter yang menenangkan batuk sebagai respons terhadap rasa manis.
Kemungkinan lainnya adalaj rasa manis menyebabkan air liur yang mungkin mengencerkan lendir.
"Tidak ada yang benar-benar tahu," tandas Ian Paul, profesor pediatri di Penn State College of Medicine.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah