Suara.com - Rutin memeriksa tekanan darah merupakan salah satu tahap medical check up dasar yang dipercaya berguna mencegah penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Dengan begitu, tekanan darah yang terkontrol merupakan salah satu upaya untuk menurunkan risiko terkena sakit jantung serta stroke.
Di sisi lain, Dokter Hipertensi sekaligus Anggota Dewan InaSH, dr. Yuda Turana, Sp.S(K) mengatakan pemeriksaan tekanan darah di rumah dianggap lebih akurat dibanding saat dilakukan di rumah sakit.
"Saya sering sampaikan ke pasien. Kenapa kita perlu melakukan tekanan darah di rumah? karena serangan stroke dan jantung sebenarnya terjadi di rumah. Jadi artinya tekanan darah di rumah lebih akurat dibandingkan dengan yang di rumah sakit," ujar dr. Yuda dalam acara peluncuran dua pengukur tekanan darah OMRON, Rabu (14/10/2020).
Meski dilakukan di rumah, hasil permeriksaan tekanan darah tidak berarti asal-asalan. Kuncinya, periksa tekanan darah harus dilakukan secara benar dan berulang-ulang.
Semakin sering pemeriksaan dilakukan pada kondisi yang sama, misalnya selalu di pagi hari, maka angka yang dihasilkan semakin akurat.
"Pemeriksaan sering kali sebatas tekanan darah, oh iya normal. Apakah cukup satu angka mewakili hipertensi atau tidak? Ternyata dalam studi-studi terakhir membuktikan, untuk satu kali pengukuran jelas tidak (mewakili hipertensi)," terang dr. Yuda.
Tidak hanya sekadar mengontrol tekanan darah, pemeriksaan di rumah dengan alat pengukur tekanan darah juga bisa meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi, termasuk patuh mengonsumsi obat.
"Saat bicara kepatuhan, pengukuran tekanan darah di rumah itu meningkatkan kepatuhan pasien, bukan hanya meningkatkan pengontrolan tekanan darah tetapi juga meningkatkan kepatuhan minum obat," jelas dr. Yuda.
Baca Juga: Pasien Hipertensi Tidak Bisa Sembuh Seumur Hidup, Mitos atau Fakta?
Bagi orang dengan hipertensi, disarankan memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah. Beberapa kelompok spesifik yang harus menjalani pemeriksaan tekanan darah adalah perempuan hamil, penderita diabetes, orang dengan gangguan ginjal, hingga lansia.
Ini karena kriteria di atas cenderung memiliki tekanan darah yang tidak stabil atau variabilitas tinggi alias sering berubah-ubah.
"Lansia variabilitas nya sangat besar, di klinik bisa 180, di rumah bisa 110, di malam hari bisa jadi 200. Perempuan hamil yang tadinya normal, saat hamil bisa hipertensi atau bervariasi," tutup dr. Yuda.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya