Suara.com - Jamur kian dilirik sebagai bahan pangan alternatif karena memiliki beragam jumlah dan manfaat.
Bahkan menurut Guru Besar bidang mikologi IPB University Prof. Dr. Lisdar A. Manaf, jamur berpotensi besar untuk membantu dalam mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan keragaman pangan di Indonesia.
"Jamur mempunyai kesempatan besar untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Jamur di Indonesia memiliki keragaman produk yang lebih banyak dibandingkan bahan pangan lainnya, karena disamping mempunyai zat gizi dan non-gizi yang baik bagi kesehatan, jamur juga dapat diolah dari tiga sumber yaitu tubuh buah jamur, miselium dan metabolit hasil fermentasinya," ujar Lisdar dalam keterangan IPB University, dilansir ANTARA.
Menurut dia, masyarakat Indonesia masih belum terbiasa mengonsumsi jamur padahal tanaman itu memiliki kandungan nutrisi tinggi. Jamur juga merupakan pilihan terbaik sebagai pangan.
Hal itu karena jamur kaya akan gizi terutama protein nabati dengan kadarnya mencapai 10 persen atau lebih tinggi dari kadar protein sayuran. Tidak hanya itu, kandungan karbohidrat pada jamur lebih dari 50 persen yang dapat menjadikannya alternatif dalam upaya penuntasan gizi buruk atau stunting.
"Jamur mempunyai kesempatan besar untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Jamur di Indonesia memiliki keragaman produk yang lebih banyak dibandingkan bahan pangan lainnya, karena disamping mempunyai zat gizi dan nongizi yang baik bagi kesehatan, jamur juga dapat diolah dari tiga sumber yaitu tubuh buah jamur, miselium dan metabolit hasil fermentasinya," ujar dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University itu.
Dia memberi contoh berbagai kegunaan jamur seperti jamur tiram yang merupakan jenis jamur paling sering dibudidayakan oleh masyarakat dapat diekstrak menjadi bahan obat. Ekstrak tersebut dapat diperoleh dari filtrat kulturnya.
Selain itu tubuh buah jenis jamur tertentu seperti Ganoderma dapat diekstrak untuk bahan tambahan pangan sekaligus suplemen, immunostimulan dan antivirus. Maka dari itu diperlukan dukungan dan promosi serta pengetahuan biologi dalam produksi jamur dan pemasarannya.
Indonesia saat ini masih tertinggal dari Thailand terkait produksi jamur sebagai pangan fungsional. Negeri Gajah Putih itu telah lebih dulu mengembangkan jamur-jamur tropis sementara di Indonesia jenis yang dikembangkan baru tiram saja, jenis lain seperti merang masih dibudidayakan secara tradisional dan berskala kecil.
Baca Juga: Cek Kesehatan Kuku, Waspada Tanda Penyakit Tertentu!
Padahal, budi daya jamur cukup mudah, murah serta ramah lingkungan karena dapat memanfaatkan limbah pertanian.
Karena itu dia berharap Kementerian Pertanian untuk memberi perhatian kembali dalam pengembangan produk dan budi daya jamur dan kembali melirik Kelompok Kerja Nasional Jamur Indonesia (Pojaknas Jamindo).
Harapannya ke depan agar dapat membangun Mushroom Center sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan pembibitan bagi produk berbasis jamur.
Dia juga berharap pusat pengembangan jamur itu mendapatkan dukungan, seperti yang terjadi di Korea Selatan dengan Mushroom Center yang difasilitasi infrastruktur dari hulu ke hilir.
Berita Terkait
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Guru Besar IPB: Petani Dituntut Taat Kebijakan, Tapi Bantuan Benih dan Pupuk Masih Jauh dari Cukup
-
Inovasi dari Sragen, Gaungkan Bela Negara dengan Menjaga Ketahanan Pangan
-
GKR Hemas Pastikan Program Ketahanan Pangan Berdampak Nyata untuk Rakyat
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif