Suara.com - Permasalahan stunting yang disebabkan oleh gizi buruk masih menjadi kasus yang menakutkan di dunia, termasuk di Indonesia. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian bersama antara pemerintah bersama para orangtua.
Staf Pengajar FK Universitas Tarumanegara, dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, mengatakan bahwa stunting masih banyak terjadi di Indonesia, dengan penyebab paling umum karena kurangnya pemahaman dan peran orangtua.
“Stunting bisa terjadi karena pertama gizi seorang ibu yang kurang terjamin, lalu jarak persalinan kehamilan sangat dekat, hingga kehamilan di usia remaja,” ujar Wiyarni dalam pernyataannya secara virtual di live youtube Ayah ASI Indonesia, Sabtu (24/10/2020).
Tak hanya itu, seorang ibu juga perlu memberikan asupan nutrisi yang baik sejak sebelum hingga ketika sedang hamil. Kemudian ibu juga perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan mereka tidak mengalami anemia selama hamil, karena anemia berisiko menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami stunting.
Lebih lanjut, kata dia, bayi perlu mendapat ASI eksklusif selama enam bulan bersamaan dengan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, lalu dilanjutkan dengan asupan MPASI atau makanan pendamping ASI yang bergizi.
“Ini untuk memenuhi kuantitas dan kualitas nutrisi pada anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), untuk mencegah terjadinya anak mengalami stunting, yang dampaknya bisa membuat anak akan mengalami penurunan IQ dalam tumbuh kembangnya,” jelasnya.
Untuk menangani dan mencegah terjadi stunting pada anak, ia menyarankan upaya ini dilakukan sejak dini, bahkan sebelum memasuki masa kehamilan.
“Sebaiknya lakukan lebih dini, karena jika dinanti nanti, ketika si anak sudah keluar dari rahim ibu, itu termasuk terlambat. Seharusnya dilakukan saat perencanaan kehamilan dan masa kehamilan,” terang Wiyarni.
Selain itu, ia juga meluruskan anggapan bahwa tubuh pendek pada anak sebagai indikator stunting. Padahal, stunting bukan melulu soal tinggi badan yang tidak tercapai, tapi karena terjadi gagal tumbuh dan gagal berkembang.
Baca Juga: Kena Gizi Buruk di Masa Pandemi, Bayi Kembar Asal Babel Butuh Bantuan
“Faktor tinggi badan memang termasuk, tetapi tidak semua, karena itu juga biasanya faktor genetik. Semua perlu dicegah dan peran orangtua sangat penting untuk tumbuh kembang anak,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?