- BPK merilis laporan mengejutkan mengenai besarnya pemborosan yang dilakukan perusahaan BUMN.
- Sepanjang semester I 2025 infisiensi BUMN mencapai Rp63,75 triliun.
- Angka ini terungkap dari 353 temuan yang memuat 572 permasalahan pada 41 objek pemeriksaan BUMN dan Badan Lainnya.
Suara.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Negara lainnya kembali menjadi sorotan tajam setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merilis laporan mengejutkan mengenai besarnya pemborosan dan ketidakpatuhan yang terjadi di lingkungan perusahaan pelat merah.
Dalam laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2025 yang dikutip Kamis (11/12/2025), BPK mencatat nilai total pemborosan, inefisiensi, dan ketidakpatuhan mencapai Rp63,57 triliun.
Angka ini terungkap dari 353 temuan yang memuat 572 permasalahan pada 41 objek pemeriksaan BUMN dan Badan Lainnya.
BPK membagi permasalahan tersebut menjadi dua sumber kerugian utama:
- Permasalahan 3E (Ketidakhematan, Ketidakefisienan, Ketidakefektifan): Nilai pemborosan ini mencapai Rp43,35 triliun. Permasalahan ini didominasi oleh ketidakhematan senilai Rp40,6 triliun dan ketidakefektifan senilai Rp2,69 triliun.
- Ketidakpatuhan & Kerugian Negara: Masalah ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berujung pada kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan, tercatat senilai Rp20,22 triliun.
Kepala BPK, Isma Yatun, sebelumnya memang menyoroti adanya permasalahan 3E di BUMN yang nilainya mencapai puluhan triliun rupiah.
"Permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan terutama pada BUMN dan badan lainnya dengan nilai sebesar Rp43,35 triliun," ungkap Isma Yatun saat menyampaikan laporan IHPS I 2025 di Gedung Parlemen (18/11/2025).
Ironisnya, nilai pemborosan Rp63,57 triliun tersebut belum termasuk hasil Penghitungan Kerugian Negara (PKN) terkait kasus tindak pidana korupsi.
Dalam rangka penanganan kasus korupsi yang diminta oleh instansi penegak hukum, total nilai kerugian negara yang berhasil dihitung BPK mencapai Rp70,96 triliun. BPK juga aktif memberikan keterangan ahli dalam 19 kasus korupsi di lingkungan BUMN selama semester I 2025.
Meskipun demikian, dari total permasalahan ketidakpatuhan Rp20,22 triliun, BPK mencatat entitas yang diperiksa baru mengembalikan aset atau menyetor ke kas negara/perusahaan sebesar Rp4,52 miliar selama proses pemeriksaan berlangsung. Angka pengembalian yang sangat minim ini menggarisbawahi perlunya pengawasan dan penegakan yang lebih keras.
Baca Juga: Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
Secara keseluruhan, BPK mengklaim telah berkontribusi dalam upaya penyelamatan keuangan negara senilai Rp69,21 triliun selama Semester I 2025, yang merupakan gabungan dari pengungkapan kerugian dan masalah 3E. Namun, kasus pemborosan jumbo di BUMN ini jelas menjadi alarm besar bagi pemerintah dan manajemen BUMN untuk segera memperbaiki tata kelola dan efisiensi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Tabungan Haji Bank Mega Syariah Capai Rp 324 Miliar, Apa Untungnya Bagi Nasabah?
-
Waspada Gangguan Lanjutan, Ini Alasan Sinkronisasi Listrik Aceh Tidak Bisa Cepat
-
Rupiah Mulai Bangkit, Didukung Pemangkasan Suku Bunga The Fed
-
Krisis BBM SPBU Swasta, Akankah Terulang Tahun Depan?
-
Harga Emas Antam Lebih Mahal Rp 15.000 Hari Ini, Jadi Rp 2.431.000 per Gram
-
IHSG Lagi-lagi Melesat Pagi Ini, Betah di Level 8.700
-
Bocoran Saham IPO Awal 2026, Ada Emiten Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro
-
RI Raup USD 10 Juta dari Jualan Produk Halal di Jepang
-
Mandiri BFN Fest 2025 Dibuka: Industri Fintech Bidik Kepercayaan Publik dan Inklusi Keuangan