Suara.com - Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperkirakan kasus Covid-19 akan melonjak dalam waktu dua minggu ke depan. Hal tersebut merupakan dampak dari libur panjang dan cuti bersama pekan lalu.
"Aktifitas masyarakat khususnya pada libur akhir pekan yang padat dan sebagian besar mengabaikan protokol kesehatan, akan berpotensi memicu lonjakan kasus Covid-19 yang akan terlihat dalam kurun waktu sekurang-kurangnya dua minggu mendatang," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr Adib Khumaidi, SpOT dalam keterangan tertulisnya kepada Suara.com, Selasa (3/11/2020).
Seperti yang terjadi saat libur panjang Mei lalu, lanjut Adib, terjadi lonjakan kasus hingga 41 persen. Demikian juga pada periode Agustus di mana kasus melonjak sebesar 21 persen dengan peningkatan rata-rata tes perorangan sepekan sebesar 20 persen.
Ia mengingatkan, yang harus diwaspadai adalah jika infeksi tidak bergejala. Sebab orang tanpa gejala tetap berpotensi menularkan pada orang lain tanpa disadari.
"Liburan meningkatkan mobilitas manusia, semakin tinggi mobilitas akan meningkatkan transmisi virus. Kami meminta masyarakat untuk sabar, sadar, dan mempunyai daya juang dalam upaya-upaya penanganan Pandemi Covid-19 dengan berpartisipasi aktif melakukan testing Covid agar dapat melindungi dirinya sekaligus juga orang disekitar," tuturnya.
Hal serupa disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor dr. Ari Fahrial Syam SP. PD.
Ia memprediksi, kasus Covid-19 akan mencapai 500 ribu pada Desember mendatang dan libur panjang jadi salah satu penyebab melonjaknya infeksi baru.
"Saya prediksi Desember tembus 500 ribu. Dampak liburan, demo juga ada kemungkinan meningkat. Walaupun ada kecenderungan melandai," kata Prof Ari saat dihubungi Suara.com, Sabtu (31/10/2020).
Ia menjelaskan, saat ini laju peningkatan kasus baru telah relatif stabil di angka empat ribu per hari, meskipun aktivitas masyarakat di area publik cukup tinggi.
Baca Juga: Tingkatkan Pelacakan Kontak Covid-19, Kemenkes Latih Nakes di 51 Daerah
"Mungkin karena protokol kesehatan juga sudah lebih bagus. Artinya aktivitas cukup tinggi tapi protokol bagus, kita kunci sekarang," katanya.
Hanya saja, ia tidak menampik bahwa kasus bisa melonjak setiap kali ada kerumunan. Terutama kerumunan di tempat yang sirkulasi udaranya kurang baik.
"Yang masalah itu tempat makan ini (ruangan tertutup). Kluster keluarga cukup tinggi. Sebenarnya kalau makan yang outdoor relatif lebih aman. Karena sirkulasi udara terjadi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Lawan Kanker: Tenaga Biomedis RI Digenjot Kuasai Teknologi Pencitraan Medis!
-
Lebih dari Sekadar Lari: Half Marathon dengan Pemandangan Ikonik Jakarta
-
Cuaca Panas Bikin Kulit Gatal dan Ruam Merah? Itu Tanda Alergi, Ini Obat yang Tepat
-
Peer Parenting: Rahasia Ibu Modern Membangun Generasi Luar Biasa
-
Rahmad Setiabudi Jadi Pelari Indonesia Tercepat di Chicago Marathon 2025
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!