Suara.com - Duchess of Sussex Meghan Markle mengaku bahwa dirinya mengalami keguguran calon buah hati keduanya pada Juli lalu.
Menulis untuk New York Times, istri dari Pangeran Harry tersebut menceritakan insiden tersebut terjadi saat ia mengganti popok putra pertamanya, Archie Harrison Mountbatten-Windsor, ia kemudian terjatuh.
"Aku jatuh ke lantai dengan Archie di gendonganku, (aku) menyanyikan lagu tidur agar kami tetap tenang, nada ceria itu sangat kontras dengan perasaanku bahwa ada sesuatu yang tidak beres," tulis Meghan, dilansir CNN.
"Aku tahu, saat aku memeluk anak sulungku bahwa aku kehilangan anak kedua," lanjutnya.
Meghan tidak mengatakan usia kandungannya saat kegugurannya terjadi. Tetapi ia menggambarkan rasa sakit emosionalnya sebagai "kesedihan yang hampir tak tertahankan, dialami banyak orang tetapi dibicarakan oleh sedikit orang".
Meski tidak terlihat oleh mata, yang membuat keguguran tampak 'kurang nyata' bagi orang lain, penyembuhan dari pengalaman kehilangan ini justru bertahan lama bagi seorang wanita.
"Sama seperti kehilangan orang yang dicintai, wanita sering melaporkan masih merasakan kesedihan dan tangisan selama bertahun-tahun setelah keguguran," jelas Haley Neidich, profesional kesehatan mental yang berspesialisasi dalam kesehatan mental ibu.
Ia menambahkan bahwa apabila sang ibu kembali hamil dan memiliki anak, tidak akan menghapus rasa sakitnya.
Rasa sakit emosional bisa berlangsung bertahun-tahun atau seumur hidup
Baca Juga: Jatuh Saat Gendong Archie, Meghan Markle Keguguran
Keguguran adalah kondisi umum secara medis. Namun, banyak wanita yang mengatasi perasaan atas pengalaman kehilangan ini dengan mengisolasi diri.
Penelitian menunjukkan 29% wanita yang keguguran mengalami gejala post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma satu bulan setelah keguguran.
Sebanyak 24% wanita juga mengalami kecemasan, dan 11% mengalami depresi sedang hingga berat.
“Pengalaman trauma majemuk ini sangat umum dan jarang dibicarakan,” ujar Neidich kepada Insider.
Itulah sebabnya dukungan orang-orang terdekat sangat penting. Neidich menasihati sebaiknya tidak mengucapkan, "kamu akan hamil lagi", atau, "segala sesuatu terjadi karena suatu alasan".
"Hal itu membuat orang yang berduka merasa lebih kesepian dan tidak menghapus pengalaman emosional mereka," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Pakar Ungkap Cara Memilih Popok Bayi yang Sesuai dengan Fase Pertumbuhannya
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang