Suara.com - Penjual rokok eceran atau ketengan seperti warung kelontong dan pedagang asongan, didakwa menjadi penyebab tingginya angka perokok anak di Indonesia.
Hal itu diduga membuat anak lebih mudah mendapatkan akses rokok tanpa pengawasan orang dewasa dengan harga yang lebih terjangkau oleh kantong pelajar.
Menanggapi fenomena tersebut, Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Atong Soekirman mengakui bahwa pihaknya tidak bisa memaksa masyarakat untuk tidak menjual rokok secara eceran.
"Kalau ketengan (eceran) masyarakat gak bisa larang, seharusnya dijual satu bungkus, tapi kalau mau dijual ketengan bingung juga (harus bagaimana)," ujar Atong dalam acara konferensi pers peluncuran Kampanye Cegah Perokok Anak, Rabu (16/12/2020).
Namun Atong menegaskan pada dasarnya rokok harus dijual per satu bungkus dan bukan eceran.
Dalam PP No 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan sendiri tidak ada pasal yang mengharuskan menjual rokok per satu bungkus atau ada pelarangan keras menjual rokok dalam eceran.
Sedangkan dalam Pasal 46 PP No 109/2012, hanya disebutkan bahwa 'Setiap orang dilarang menyuruh anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun untuk menjual, membeli atau mengonsumsi Produk Tembakau'.
"Untuk penjualan itu harus yang satu bungkus, apabila dilakukan eceran kembali lagi ke pengawasan," ungkap Atong.
Untuk mencegah penjualan rokok eceran, kata Atong memerlukan kerjasama semua pihak termasuk industri tembakau dan supplier, dan sekaligus adanya aksi yang dilakukan bertahap. Salah satunya ia menyarankan untuk melokalisir dan mengatur penjual rokok di dekat sekolah.
Baca Juga: Kekasihnya Meninggal karena Rokok, Perempuan Ini Beri Pesan Untuk Perokok
"Salah satu langkah konkrit bisa kita lakukan di sekitar sekolah dulu. Sekolah juga gitu, saya gak tahu caranya yang jelas harus ada lokalisir di tempat tertentu, satu kabupaten," terang Atong.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan