Suara.com - Tidak banyak bergerak alias rebahan menurut dokter bisa berbahaya jika dilakukan terus menerus.
dr. Sophia Hage, pakar kesehatan dan pelaku gaya hidup sehat, mengatakan keseringan rebahan berpotensi membuat seseorang menganut gaya hidup sedentary alias kurang gerak.
Perilaku kurang gerak, atau sedentary, sudah ada jauh sebelum pandemi virus corona melanda dunia, jumlahnya diperkirakan semakin meningkat karena situasi karantina wilayah di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, waktu yang panjang, bisa menjadi gaya hidup," kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, dilansir ANTARA.
Hage mengutip Riset Kesehatan Dasar yang mencatat pada 2018 terdapat 33,5 persen populasi yang kurang aktivitas fisik.
Sementara populasi global, terdapat 27,5 persen yang kekurangan aktivitas fisik pada 2018. Dari populasi tersebut, perempuan lebih banyak kurang gerak (28,6 persen) dibandingkan laki-laki (23,4 persen).
Dia juga mengutip mengutip data dari survei IFLS dan jurnal ilmiah The Lancet Global Health, populasi di Indonesia yang tergolong kurang aktivitas fisik pada 2007 berjumlah 19,9 persen, naik menjadi 30 persen pada 2016.
Kekurangan aktivitas fisik tentu akan berdampak pada kesehatan individu, jangka pendek, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot.
Dalam jangka panjang, kurang gerak bisa menyebabkan ostheoporosis dan ostheoarthritis.
Baca Juga: Aman untuk Masalah Kesehatan, Ketahui Aturan Menggunakan Minyak Lavender!
Sophia mencontohkan ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot-otot besar (paha dan punggung), yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.
Akibatnya, ada penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh. Ketika dua zat tersebut tidak digunakan tubuh untuk bergerak, maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya jika gaya hidup ini diteruskan.
Gaya hidup kurang gerak ini juga bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Perilaku kurang gerak ini tidak hanya berakibat pada kesehatan fisik, namun, juga bisa menyerang kesehatan mental. Pelaku sedentary lilfestyle berisiko tiga kali lipat mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang banyak bergerak.
Mereka yang kurang gerak ini juga bisa mengalami masalah finansial karena harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk mengakses layanan kesehatan dan produktivitas kerja terganggu jika sering sakit.
Lalu, apa yang dimaksud sebagai gaya hidup sedentary? Hage mengatakan Perilaku kurang gerak atau sedentary merupakan segala kegiatan di luar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk dan menonton televisi.
Berita Terkait
-
Generasi Rebahan, Jutawan Impian: Gen Z Ingin Kaya tapi Malas Kerja?
-
Maia Estianty Bongkar Cara Aging Gracefully di Tengah Kesibukan: Kuncinya Bukan Melawan Waktu!
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Wasir Kambuh Lagi Setelah Operasi? Dokter Ungkap Fakta Penting yang Sering Diabaikan
-
Produktif Saat Rebahan? Bisa Banget, Hal ini Bisa Kamu Coba
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!