Suara.com - Virus corona SARS Cov-2 termasuk jenis virus yang mudah bermutasi. Sebelum, bermutasi lagi menjadi varian B117 yang ditemukan di Inggris, virus penyebab Covid-19 itu sebelumnya bermutasi menjadi varian D614G.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menjelaskan, perbedaan mutasinya bahwa virus SARS Cov-2 varian B117 ini lebih cepat menular dibandingkan varian D614G.
"Bedanya sekarang ini dilihat dari data penyebaran memang lebih cepat dan salah satu dipengaruhi oleh varian ini adalah menyerang bagian reseptor binding domain (RBD atau domain pengikat reseptor)," jelas Bambang dalam webinar BNPB Indonesia, Kamis (24/12/2020).
Hal itu berbeda dengan mutasi SARS Cov-2 varian D614G yang tidak menyerang RBD. Lantaran varian B117 menyerang RBD dalam tubuh, Bambang menyebutkan, mutasi virus tersebut bisa mempengaruhi pemeriksaan tes PCR swab yang akan mendeteksi gen spike.
"Kalau dia mesin PCR menargetkan gen s maka ada kemungkinan gangguan akurasi dengan adanya varian ini," ucap Bambang.
Akibat penularannya yang lebih cepat, angka reproduksi atau kemampuan virus menular ke setiap individu di Inggris telah di atas 1. Padahal berdasarkan ilmu epidemiologi, suatu wabah dikatakan terkendali jika angka reproduksi di bawah 1.
"Di daerah Inggris Tenggara, termasuk London terjadi peningkatan kasus harian jauh lebih cepat dibandingkan kasus secara global. Juga setelah dilihat sampel-sampel positif yang terjadi di Inggris di awal Desember ternyata mayoritas di London, 60 persen sudah mengandung varian tersebut," tuturnya.
Bambang menyampaikan, varian baru virus SARS Cov-2 ini harus benar-benar diwaspadai. Walaupun saat ini, belum ada laporan bahwa mutasi telah masuk ke Indonesia.
Ia menambahkan bahwa infeksi virus corona SARS Cov-2 varian B117 itu bisa menyebabkan kasus positif dan infeksi makin tinggi. Sekalipun belum ada bukti mengenai keparahan penyakit yang ditimbulkan, namun Bambang mengatakan, belum tentu hal tersebut tidak akan berkembang lagi.
Baca Juga: Remaja Bawa Varian Baru Virus Corona dari Inggris ke Singapura
"Tentunya kita harus selalu mengikuti tes praktis seperti yang dianjurkan lembaga WHO juga CDC yaitu memberi perhatian kinerja PCR yang menargetkan gen s karena kemungkinan akurasi terganggu. Harus dilakukan uji epidemiologi dan virologi mengenai pengaruh mutasi terhadap fungsi virus dalam hal efektivitas dan patogenitas," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia