Suara.com - Setelah hampir setahun kita berada di masa pandemi, melewati fase khawatir dan cemas akan infeksi virus corona, kini banyak orang mulai dilanda pandemic fatigue atau kelelahan akan pandemi.
Tampaknya, kini orang mulai merasa bosan di rumah dan lelah menjalani protokol kesehatan. Tak sedikit yang kini berani kembali kumpul dan nongkrong di kafe, bahkan bepergian ke luar kota bahkan luar negeri. Semakin banyak orang berpikir, membatasi diri selama pandemi membuat mereka justru kesulitan mencari penghasilan.
Psikiater Nova Riyanti Yusuf, SpKJ mengungkap bahwa pandemic fatigue sebenarnya merupakan reaksi yang wajar dan diperkirakan terjadi sebagai akibat dari kesulitan berkelanjutan dan tidak terselesaikan dalam kehidupan manusia.
"Saat itu terjadi, kita memang secara alami menjadi lelah dengan aturan dan panduan yang harus diikuti untuk mencegah penyebaran Covid-19," jelas perempuan yang juga menjabat sebagai Secretary General Asian Federation of Psychiatric Associations itu, dalam webinar yang diadakan Suara.com berjudul 'Lelah dan Bosan Hadapi Pandemi, Waspada Bahaya Pandemic Fatigue', Jumat (29/1/2021).
Lebih lanjut, perempuan yang kerap disapa Noriyu itu juga mengatakan bahwa ini semua bisa menyebabkan demotivasi, khususnya perilaku yang berkaitan dengan Covid-19. Mulai dari malasnya mencari informasi mengenai perkembangan virus ini, pengasingan diri, hingga ketidakberdayaan.
Kondisi ini, kata Noriyu, merupakan akumulasi dari berbagai kesulitan yang dihadapi seseorang selama pandemi Covid-19. Di mana, saat ketakutan dan kecemasan semakin meluas, kita tiba-tiba dihadapkan dengan berbagai hal. Mulai dari pembatasan wilayah yang membuat aktivitas juga terbatas, bahkan terhenti.
"Adanya ancaman infeksi atau reinfeksi, dan juga takut menginfeksi orang lain. Ini bisa menimbulkan perasaan traumatis. Misalnya, ibunya meninggal karena terinfeksi dari dia. Kita pasti banyak sekali menemukan kasus-kasus itu di masyarakat, hingga timbul perasaan bersalah," kata dia.
Selain itu, isolasi sosial juga bisa memperburuk kesehatan jiwa yang pada akhirnya membuat kita mengalami pandemic fatigue. Di mana, kita menjadi sulit untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang terdekat dan mulai merasa kesepian.
Hal terakhir adalah ketidakpastian ekonomi, yang dianggap sebagai hal utama yang bisa menimbulkan ketakutan dan juga kecemasan. Semakin lama pandemi, maka semakin luas pula hal ini dirasakan di masyarakat.
Baca Juga: Videografis: Alami Pandemic Fatigue? Ini Cara Mengatasinya
Cara terhindar dari pandemic fatigue
Kelelahan fisik dan mental tentang pandemi, lama-kelamaan bisa berubah menjadi semakin berbahaya dan fatal. Karena itu hal ini perlu diatasi secepatnya.
"Coping (mengatasi) itu penting, karena coping menghadapi stres itu bukan hanya membuat kita lebih kuat, tapi juga membuat orang-orang di sekitar kita dan komunitas kita menjadi lebih kuat juga," kata dia memperingatkan.
- Fokus untuk menjaga kesehatan mental untuk menjaga diri sendiri dan orang lain.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan dengan cara aman, misalnya melalui telemedicine. Jangan sampai kita hanya fokus pada Covid-19, tapi melupakan penyakit yang lain.
- Ikut melakukan vaksinasi juga menjadi salah menjadi alternatif untuk menenangkan kecemasan selama pandemi.
- Lakukan latihan fisik, mulai dari olahraga, menari, bermain activity games, lompat tali, perkuat otot dan latihan keseimbangan hingga melakukan Tai Chi yang menurut penelian memiliki banyak manfaat. Di antaranya, menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri, kondisi kesehatan jantung yang lebih bagus, mengurangi stres, hingga meningkatkan suasaha hati.
- Diet sehat atau mengonsumsi makanan yang benar cara makannya dan mengatur sumber makanannya juga bisa dilakukan. Anda bisa konsultasi ke ahli gizi atau mulai menyiapkan berbagai bahan makanana sehat di rumah. Diet dapat menjaga kesehatan secara keseluruhan.
- Stop mengejar berita! Cari berita yang ingin Anda baca, kurangi membaca berita yang menyebabkam kecemasan demi ketahanan mental yang baik.
- Komunikasi harus terus berjalan. Ketika mulai kena pandemi fatigue biasanya kita mulai menarik diri dari lingkungan sosial ddn demotivasi mulai terjadi. Tetaplah terhubung dengan orang yang membuatmu nyaman.
- Atur pemakaian gadget. Walaupun semua pekerjaan skarang membutuhkan gadget, tapi tetap atur realita online dan offline, tujuannya juga supaya istirahat bisa teratur.
- Media sosial dipakai untuk mencari cerita positif. Saat ini, kata dia, semakin banyak bermunculan influencer kesehatan, maka kita harus pintar memilah mana yang memberikan informasi yang benar dan obyektif. Karena kadang-kadang ada juga yang sekedar pansos alias panjat sosial.
- Beri bantuan kepada yang membutuhkan. Selain meringankan beban orang lain, pada waktu yang sama hidup kita akan menjadi lebih tenang karena kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Membantu orang lain dapat memberikan kita sebuah booster.
- Berterimakasih kepada tenaga kesehatan, pekerja esensial, hingga ilmuwan, akan membuat kita merasa merasa bersyukur dan berjiwa positif.
- Miliki pola tidur sehat. Lakukan ritual yang bisa dilakukan sebelum tidur, misalnya batasi konsumsi makanan yang berat, jangan minum minuman yamg mengandung kafein, stretching, matikan tv, tidak melihat gadget, olahraga teratur pagi dan sore hari, hingga tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?