Suara.com - Dorongan seks atau libido merupakan naluri, keinginan, atau energi untuk terlibat dalam perilaku seksual. Setiap orang juga memiliki standar gairah dengan kenormalan yang berbeda.
"Keinginan untuk seks didasarkan pada berbagai faktor, termasuk bagaimana perasaan kita secara mental dan fisik, rangsangan, dan orang yang bersama kita. Hasrat seksual turun dan naik sesuai situasi," kata Justin R. Garcia, MS, PhD, peneliti seks dan direktur eksekutif Kinsey Institute di Indiana University.
Ada sejumlah mitos seputar dorongan seks dan menurut ahli hal itu bisa menjadi toksik atau racun, berikut lima di antaranya, melansir laman Insider:
1. Mitos: wanita memiliki gairah seks lebih rendah dibanding pria
Sebuah studi pada 2014 menunjukkan hasrat seksual pada pria dan wanita sama, berdasarkan gairah dan motivasi seksual, serta frekuensi hasrat seksual.
Libido dapat dipengaruhi oleh kehamilan, menyusui, penyakit, menopause, atau andropause karena perubahan hormonal, tetapi tidak berarti bahwa wanita secara umum memiliki dorongan seks yang lebih rendah daripada pria.
2. Mitos: orang dengan penyakit kronis atau disabilitas selalu memiliki gairah seks yang rendah
Ini adalah kesalahpahaman umum. Penyakit kronis dan kecacatan dapat memengaruhi fungsi atau gairah seksual, tetapi anggapan bahwa mereka tidak menikmati atau tidak dapat berhubungan seks adalah salah.
"Beberapa orang mengalami kenikmatan seksual secara berbeda dari yang lain, tetapi itu tidak berarti mereka memiliki minat yang lebih atau kurang dalam aktivitas seksual," kata Garcia.
Baca Juga: Dokter Ungkap Faktor yang Bikin Libido Seks Perempuan Tinggi, Apa Saja?
3. Mitos: semua pria memiliki gairah seks yang tinggi
Hasrat seksual bervariasi, jadi dasar untuk dorongan seks yang tinggi adalah subjektif.
"Saya mendapati banyak pria dari usia 20 hingga 80 tahun yang memiliki gairah seks rendah karena berbagai alasan, seperti depresi, kecemasan, hingga pola makan yang buruk," jelas Seth Cohen, MD, MPH, asisten profesor urologi dan direktur divisi pengobatan seksual di NYU Grossman School of Medicine.
4. Mitos: usia adalah satu-satunya faktor penurun gairah seks
Memang benar usia dapat menurunkan gairah seks, tetapi ada faktor lain yang juga memengaruhinya. Seperti kesehatan mental, kebiasaan buruk seperti merokok atau minum minuman beralkohol.
Faktor hubungan dan ketakutan akan konsekuensi (seperti Indeksi Menular Seksual atau kehamilan) juga dapat sangat menghambat dorongan seksual seseorang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat