Suara.com - Hamil anggur telah menjadi momok menakutkan bagi banyak perempuan yang tengah mengandung. Hamil anggur sendiri dikenal dengan istilah kehamilan mola atau mola hidatidosa.
Kehamilan mola merupakan komplikasi masa kehamilan yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal trofoblas, sel yang berkembang menjadi plasenta. Kehamilan ini pada akhirnya, menyebabkan janin pada kandungan tidak berkembang sempurna.
Dikutip dari Mayo Clinic, kehamilan mola dibagi menjadi dua yaitu kehamilan mola lengkap dan kehamilan mola parsial.
Kehamilan mola lengkap terjadi saat jaringan plasenta tidak normal dan membengkak, seperti kista yang berisi cairan. Hal ini yang menyebabkan jaringan pada janin tidak berkembang.
Sedangkan kehamilan mola parsial, terjadi saat tumbuhnya jaringan plasenta normal dan abnormal secara bersamaan. Oleh karena itu, janin tidak mampu bertahan hidup dan biasanya mengalami keguguran di awal kehamilan.
Kehamilan mola ini tampak normal pada awalnya, tetapi pertumbuhan janin di dalamnya tidak berkembang.
Masih dikutip dari Mayo Clinic, terdapat gejala-gejala tertentu yang bisa menandakan seseorang mengalami kehamilan mola, di antaranya:
- Perdarahan vagina berwarna coklat tua sampai merah cerah selama trimester pertama
- Mual dan muntah yang parah
- Terkadang kista mirip grapel melalui vagina
- Tekanan atau nyeri panggul
Tanda-tanda di atas biasanya diikuti dengan gejala lain saat melakukan pemeriksaan ke dokter. Gejala-gejala tersebut sepert:
- Pertumbuhan rahim yang cepat (kehamilan cepat membesar)
- Tekanan darah tinggi
- Preeklamsia, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan
- Kista ovarium
- Anemia
- Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
Kehamilan mola pada seseorang biasanya disebabkan oleh pembuahan sel telur secara tidak normal.
Baca Juga: Terharu! Viral Reaksi Suami saat Tahu Istrinya Hamil Usai 5 Tahun Penantian
Biasanya sel manusia mengandung 23 pasang kromosom yang berasal dari ayah dan ibu. Namun, pemberian kromosom ini tidak berjalan dengan baik, sehingga mengalami gangguan saat hamil.
Pada kehamilan mola lengkap, sel telur akan dibuahi oleh satu atau dua sperma ayah. Sementara, kromosom dari sel telur ibu hilang dan tidak aktif. Oleh karena itu pada janin hanya terdapat kromosom ayah sehingga tidak berkembang.
Pada kehamilan mola parsial, kromosom terdiri dari ibu dan dua set dari ayah. Hal ini menyebabkan embrio memiliki kromosom berlebih yaitu 69 yang seharusnya 46. Oleh karena itu, pembuahan ini menghasilkan salinan materi genetik ayah.
Seseorang yang telah mengalami kehamilan mola, setelah diangkat, terdapat kemungkinan jaringan mola tetap ada dan tumbuh. Hal ini disebut neoplasia trofoblas gestasional persisten (GTN).
Biasanya, kondisi ini terjadi sekitar 15 hingga 20 persen pada kehamila mola lengkap, dan 5 persen kehamilan mola parsial
Saat ibu mengalaminya, dokter menyarankan menunggu enam bulan hingga satu tahun untuk melakukan program kehamilan kembali. Hal ini untuk mencegah tumbuhnya kembali jaringan molar pada masa kehamilan. (Penulis: Fajar Ramadhan)
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak