Suara.com - Korea Selatan tengah menggodok ulang kebijakan pembatasan wilayah, termasuk penerapan jam malam, setelah mendapat protes dari pengusaha kafe dan restoran.
Dilansir ANTARA, Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-kyun pada Kamis memerintahkan perubahan pedoman jarak sosial dalam upaya untuk memenangkan dukungan publik yang lebih besar sebagai upaya menghentikan penularan lokal virus corona baru.
Sistem jarak sosial lima tingkat di negara itu telah menghadapi reaksi publik karena memberlakukan pembatasan dan jam malam yang tidak adil pada bisnis tertentu, termasuk larangan makan di restoran dalam ruangan setelah jam 9 malam.
"Daripada memperkenalkan pedoman secara sepihak, kami harus membuat aturan pencegahan virus bersama dengan publik," kata Chung dalam pertemuan pada Kamis.
Secara terpisah, otoritas kesehatan memperingatkan pada Kamis bahwa gelombang besar keempat dari infeksi yang disebabkan oleh varian virus corona Inggris dan Afrika Selatan yang lebih dapat menular tidak dapat dikesampingkan. Ada 39 kasus yang dikonfirmasi dari varian tersebut.
Sementara Korea Selatan memiliki keberhasilan awal dalam menahan virus tanpa penguncian yang drastis, pendekatan tambahan untuk jarak sosial dan pedoman yang lebih kaku dikritik untuk menahan gelombang ketiga penyebaran COVID-19.
Namun, pada saat yang sama, ratusan pemilik restoran dan kafe di seluruh negeri mengeluhkan dampak larangan tersebut terhadap bisnis mereka.
Pemilik pusat kebugaran yang dirugikan oleh pembatasan membuka kembali sebagai bentuk protes terhadap aturan jarak sosial yang ketat, menjelang pencabutan larangan baru-baru ini.
Korea Selatan memiliki salah satu proporsi wiraswasta tertinggi di dunia, sekitar 25 persen dari pasar kerja, membuatnya sangat rentan terhadap penurunan.
Baca Juga: 4 Idol Komposer Populer Asal Cube Entertainment
Pihak berwenang pada Minggu memperpanjang dua pekan sebagai persyaratan untuk mengamati jarak sosial dan mendesak kewaspadaan menjelang liburan Tahun Baru Imlek.
Menjelang liburan Tahun Baru Imlek, puluhan juta orang Korea biasanya bepergian ke seluruh negeri. Liburan dimulai pada 11 Februari.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan 7 kematian baru dan 451 kasus baru pada hari Rabu, dengan total 1.448 kematian dan 79.762 kasus secara keseluruhan.
Sebelumnya, Otoritas Korea Selatan berupaya menahan penularan COVID-19 yang berpusat di lingkungan sekolah-sekolah Kristen seiring dengan terjadinya lonjakan kasus baru--yang menjauhkan negara itu dari berakhirnya gelombang ketiga pandemi.
Sejumlah 297 kasus terlacak berkaitan dengan enam gereja dan sekolah yang dikelola oleh organisasi Kristen, kata pejabat kesehatan senior Korea Selatan, Yoon Tae-ho, dalam pemaparan media.
Lebih dari 100 kasus dikonfirmasi dalam semalam di antara orang-orang yang terkait dengan sebuah gereja dan sekolahnya di Gwangju, yang berjarak sekitar 270 kilometer dari Ibu Kota Seoul, menurut keterangan resmi. Sementara 171 kasus lainnya terkait dengan sekolah di Daejeon sejak 17 Januari.
Berita Terkait
-
Jejak Kudeta Gagal Yoon Suk Yeol Terungkap, Kepala Inteljen Korea Selatan Ditangkap!
-
HyunA Pingsan di Panggung Waterbomb Macao 2025, Minta Maaf dan Janji Jaga Kesehatan
-
Dari K-Drama ke Destinasi Nyata: Korea Travel Fair 2025 Hadirkan Pengalaman Wisata Autentik
-
Prediksi Legenda Futsal Indonesia di Piala Asia Futsal 2026, Yakin Bisa Lolos Grup
-
Korsel dan Irak Bakal Jadi Lawan Berat Indonesia di Fase Grup Piala Asia Futsal 2026
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak