Suara.com - Kanker serviks masih menjadi tantangan yang dialami oleh banyak perempuan di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Jumlah kasus kanker serviks di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2016 mencapai 348.809 kasus.
Sementara menurut laporan Global Cancer Observatory di tahun 2018, diperkirakan terdapat 32.469 kasus per tahun kanker serviks di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 18.279 orang.
Angka ini membuat Indonesia menduduki urutan kedua kasus kanker serviks terbanyak di dunia.
"Kanker serviks ini tidak dapat dilihat atau diraba karena terdapat didalam anatomi tubuh wanita sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Manado, dr Bismarck Joel Laihad, Sp.OG(K), dalam keterangannya, Senin, (8/2/2021).
Bismarck mengatakan, gejala umum yang timbul biasanya berupa keputihan dan menyebabkan cairan yang berbau tidak sedap.
Bismarck Joel Laihad melanjutkan, penyebab tingginya kasus kanker serviks melalui infeksi virus dari Human Papillomavirus (HPV), ditularkan melalui hubungan seksual sekitar 90 persen dan 10 persen terjadi melalui non seksual.
Pada aspek lainnya, pasien umumnya terjangkit kanker serviks sebesar 70 persen dalam keadaan stadium 2B. Artinya stadium lanjut dan harus dilakukan tindakan operasi
"Umumnya datang dengan keluhan susah buang air kecil atau susah buang air besar, juga keluhan keputihan dilingkup organ vagina. Walaupun tidak semua keputihan merupakan gejala kanker serviks. Hal ini disebabkan karena penyakit ini tidak dapat dilihat ataupun diraba," pungkas dr Bismarck Joel Laihad, Sp.OG(K).
Meski demikian, kanker serviks sendiri sebenarnya bisa dicegah. Adapun langkah pencegahannya antara lain:
Baca Juga: Vagina Tidak Bersih Bikin Risiko Kanker Serviks Meningkat, Benarkah?
- Menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi
- Menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan
- Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor
- Jika perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini
- Hindari berhubungan intim saat usia dini
- Selalu setia kepada pasangan, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
- Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
- Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV
- Vaksinasi HPV baik dilakukan saat berusia 9-26 tahun, artinya mencegah kanker serviks sudah bisa dilakukan sejak usia dini.
- Perbanyaklah konsumsi makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.
Sebagai informasi, kanker serviks juga merupakan kanker kedua terbanyak di Indonesia yang menyerang perempuan setelah kanker payudara.
Ironisnya, 80 persen dari penderita kanker serviks datang dalam stadium lanjut, dan 94 persen pasien dari kasus tersebut meninggal dalam 2 tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital