Suara.com - Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis dan Institut Kanker Nasional (NCI) telah mengidentifikasi hubungan antara kecepatan berjalan lambat dan peningkatan risiko kematian di antara penderita kanker. Penelitian ini telah diterbitkan pada 4 Maret kemarin di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention.
"Penyintas kanker hidup lebih lama dari sebelumnya dan itu kabar baik," kata penulis pertama Elizabeth A. Salerno, PhD, asisten profesor bedah di Divisi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Washington seperti yang dikutip dari Healthshots.
"Tetapi penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker dapat memengaruhi kecepatan berjalan pada penyintas yang dapat mengarah pada strategi pengobatan dan rehabilitasi baru untuk meningkatkan kesehatan pasien ini," imbuhnya.
Para peneliti mempelajari lebih dari 233.000 peserta yang terdaftar di National Institutes of Health-American Association of Retired Persons (NIH-AARP) Diet and Health Study. Peserta yang berusia 50 hingga 71 tahun menjawab kuesioner tentang kesehatan dan kecepatan berjalan mereka secara keseluruhan yang kemudian diikuti selama beberapa tahun.
Melansir dari Healthshots, dibandingkan dengan kontrol sehat yang terdaftar dalam penelitian ini, penderita kanker 42 persen lebih mungkin melaporkan berjalan pada kecepatan paling lambat dan 24 persen lebih mungkin melaporkan menjadi cacat.
Di antara penderita kanker, mereka yang berjalan dengan kecepatan paling lambat memiliki lebih dari dua kali lipat peningkatan risiko kematian karena sebab apapun dibandingkan dengan mereka yang bisa berjalan lebih cepat.
Ada hubungan antara kecepatan berjalan paling lambat dan peningkatan risiko kematian yang signifikan dengan sembilan jenis kanker, termasuk kanker payudara, usus besar, melanoma, limfoma non-Hodgkin, mulut, prostat, rektal, pernapasan, dan saluran kemih.
"Sepengetahuan kami, analisis ini adalah yang pertama untuk mengeksplorasi hubungan antara kanker, kecepatan berjalan dan kematian berikutnya pada 15 jenis kanker yang berbeda," kata Salerno, yang melakukan penelitian ini saat menjadi peneliti postdoctoral di NCI.
Baca Juga: Manfaat Matahari Bagi Manusia dari Cegah Kanker hingga Vitamin D
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah