Suara.com - Kesehatan mental sangat penting bagi segala usia, terutama bayi, dan anak-anak. Sayangnya, banyak masalah kesehatan mental yang berakar sejak bayi dan anak usia dini.
Karenanya, intervensi dini sangat penting untuk mencegah gangguan kesehatan mental di masa depan.
Berdasarkan Mayo Clinic, kesehatan mental bayi mengacu pada kesejahteraan bayi hingga usia tiga tahun. Ini termasuk pertumbuhan dan perkembangan emosional serta sosial anak.
Berikut beberapa tanda adanya masalah pada kesehatan mental bayi:
- Pola tidur yang buruk
- Kesulitan makan
- Menangis terus-menerus atau tidak berhenti
- Kegelisahan
- Gangguan lambung
- Kecemasan dan ketegangan
- Kesedihan dan ketakutan
- Kurangnya kenaikan berat badan atau gagal tumbuh
- Kegagalan memenuhi tonggak perkembangan yang semestinya
Bayi awalnya memiliki empat keadaan biologis yang dapat diidentifikasi yaitu kondisi baru saja tidur, tidur lelap, siaga aktif, dan siaga tenang (Brazelton). Ini semua bergantung pada pengasuh mereka dalam membuatnya tetap nyaman.
Mereka diprogram secara biologis untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya. Bayi menggunakan isyarat, seperti menangis, cegukan, pandangan tidak suka dan bahkan perubahan warna kulit, untuk menarik perhatian pengasuh saat mereka dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan.
Respons pertama yang sensitif dan penuh perhatian terhadap isyarat bayi dapat membuat mereka percaya bahwa kebutuhannya akan terpenuhi dan mereka aman.
Ketika bayi merasakannya, mereka telah diberi 'pondasi' pertama dalam kesehatan mental, yakni kepercayaan dan keamanan. Dua hal itu merupakan tahap awal dalam pertumbuhan emosional sosial yang sehat.
Kemampuan masa depan bayi untuk memerhatikan, beradaptasi, belajar, berteman, mengelola amarah, kecemasan, dan emosi lainnya bergantung pada perkembangan emosional sosialnya.
Baca Juga: Lagi-lagi, Orang Tega Membuang Bayi Baru Dilahirkan
Perkembangan emosional sosial yang sehat juga akan menimbulkan keterikatan yang mengarah pada kemampuan untuk percaya kepada orang lain dan diri sendiri.
Apabila saat masa bayi dan kanak-kanak sudah kesulitan dalam perkembangan emosional sosialnya, penyakit mental dapat terjadi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!