Suara.com - Pengangkatan rahim perlu dilakukan terhadap perempuan yang didiagnosa kanker serviks stadium akhir. Lantas apakah perempuan akan langsung menopause atau tidak lagi menstruasi setelah rahimnya diangkat?
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Diana Mauria Ratna Asih, Sp.OG., mengatakan bahwa menopause belum tentu terjadi pada setiap perempuan yang rahimnya diangkat.
"Selama ovarium ditinggal atau indung telurnya ditinggal, dia tidak akan menopause. Jadi yang dimaksud menopause itu kan hormonal ekstrogen yang sudah habis, jadi seolah-olah dia menopause. Jadi bukan menopause itu artinya tidak mens lagi," jelas dokter Diana dalam webinar 'Vaksin HPV Sebelum Menikah', Rabu (10/3/2021).
Ekstrogen merupakan hormon perempuan yang sebagian besar diproduksi oleh ovarium. Diana menjelaskan, setiap perempuan yang rahimnya diangkat memang tidak akan mengalami menstruasi lagi. Tetapi bukan berarti menopause.
"Misalnya dalam stadium ringan, kita angkat rahim saja, betul dia tidak akan mens lagi. Tapi tidak akan menopause yang sebenarnya. Kalau memang operasinya diangkat sekaligus dengan indung telurnya, iya dia akan menopause," paparnya.
Dokter Diana menjelaskan, jika pasien kanker serviks masih ingin memiliki anak maka akan dipertimbangkan agar pengangkatan rahim tidak disertai ovarium. Tetapi, keputusan itu memang lebih mudah diambil jika kanker masih stadium awal.
"Kalau sudah stadium tinggi kita angkat semua. Tapi kita lihat lagi kebutuhan orang itu. Kalau masih muda banget, masih ingin punya anak, ya tentu ovarium masih kita pertimbangkan untuk ditinggal," ucapnya.
Agar pasien kanker serviks masih busa memiliki anak, pengobatan yang dilakukan berupa trakelektomi radikal. Dokter Diana menjelaskan, pengobatan itu berupa pembersihan jaringan sel kanker, terutama pada jaringan getah bening aorta.
Dikutip dari Alodokter, bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks, vagina bagian atas, dan kelenjar getah bening di area pinggul, melalui laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat dan disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien masih memungkinkan memiliki anak.
Baca Juga: Tes Pap Smear Sebelum atau Setelah Menikah? Ini Jawaban Dokter Kandungan
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda