Suara.com - Akhir-akhir ini, marak terjadi salah kaprah mengenai sayur dan serat yang dikatakan banyak orang dapat menghambat penurunan berat badan.
Dokter spesialis gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik (PDGKI), dr. Arti Indira, MGz., SpGK., FINEM, menegaskan bahwa pernyataan tersebut sangat tidak benar. Serat yang terkandung dalam sayur dan buah adalah salah satu zat gizi yang harus dikonsumsi pelaku diet.
“Diet menurunkan berat badan yang benar itu harus mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi lengkap, ada karbohidrat, protein, lemak, dan banyak makan buah dan sayur. Sayur tidak akan menghambat penurunan berat badan atau menyebabkan kegemukan,” jelas dr. Arti dalam Instagram Live Good Doctor bersama PDGKI, Minggu (14/3/2021) malam.
Seluruh zat gizi tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme dan mempertahankan fungsi seluruh organ tubuh agar tetap sehat dan optimal. Tidak bisa ada salah satu zat gizi tersebut dihilangkan.
Secara garis besar, kata dr. Arti, serat terdiri dari dua macam, yakni serat larut dan tidak larut. Umumnya ditemukan di sayur, buah, kacang-kacangan, biji-bijian. Jadi, ia akan melewati usus kecil dan besar, lalu dikeluarkan dari tubuh.
Pada serat larut, ini akan diubah seperti gel oleh bakteri usus, yang akan membuat feses lebih padat dan berbentuk, serta mengurangi penyerapan zat-zat tertentu yang memiliki dampak negatif untuk tubuh.
"Misalnya menghambat penyerapan karbo ke darah, sehingga mencegah kelonjakan gula darah. Juga menghambat penyerapan lemak dan kolesterol," jelas dia.
Sedangkan serat yang tidak larut membantu memperlambat penyerapan makanan dan bahan yang tidak dibutuhkan tubuh. Dia membuat volume tambahan di perut yang membuat kita kenyang lebih lama, yang pada gilirannya akan membantu penurunan berat badan
"Serat juga membantu menyehatkan saluran penncernaan. Mikrobiota usus orang obes dan tidak obes itu beda. Serat membantu keseimbangan bakteri usus," tambah dr. Arti lagim
Oleh karena itu, agar program penurunan berat badan berhasil, masyarakat harus lebih bijak menyaring informasi tentang diet yang beredar karena salah memilih program diet bisa fatal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?