Suara.com - Pandemi mengubah waktu yang semestinya menyenangkan bagi perempuan hamil menjadi pengalaman yang penuh stres. Hal ini terkait dengan ketakutan akan saat melahirkan hingga kesehatan bayi.
Melansir dari Medicinenet, peneliti dari Washington State University menganalisis tanggapan lebih dari 160 perempuan hamil dan pascamelahirkan dari 28 April hingga 30 Juni 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 persen perempuan hamil dan 49 persen perempuan nifas khawatir bayinya tertular Covid-19. Setidaknya 46 persen dari mereka telah mencari informasi tambahan tentang protokol Covid-19 dari rumah sakit tempat mereka berencana untuk melahirkan atau telah melahirkan bayi mereka.
Survei tersebut juga mengungkapkan banyak kekhawatiran serius lainnya. Misalnya, seorang perempuan mengatakan bahwa perhatian utamanya adalah tertular Covid-19 dan sakit parah. Yang lain khawatir tertular virus corona di rumah sakit ketika mereka melahirkan atau bahwa kebijakan Covid-19 akan memaksa mereka untuk mengisolasi dari bayi mereka yang baru lahir.
"Perempuan hamil benar-benar stres, takut tertular Covid-19," kata penulis studi Celestina Barbosa-Leiker, wakil rektor untuk penelitian di WSU Health Sciences.
"Mereka memiliki banyak pertanyaan untuk penyedia layanan kesehatan mereka. Banyak dari kita yang belum tahu, yang bisa dimengerti, tapi ini sangat membuat stres para ibu," tambahnya dalam rilis berita universitas.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 27 persen perempuan hamil mengatakan mereka tidak bisa mendapatkan makanan sehat dan 25 persen perempuan melewatkan janji sebelum melahirkan.
Kekhawatiran keuangan juga merupakan masalah yang signifikan. Sekitar 1 dari 5 responden mengatakan pendapatan mereka berkurang, 9 persen mengatakan mereka di-PHK dan 10 persen mengatakan seseorang di rumah tangga mereka kehilangan pekerjaan.
Survei tersebut juga menemukan bahwa perempuan hamil tampaknya lebih stres daripada perempuan pascamelahirkan. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth.
Baca Juga: Kepala BNPT Sebut Tren Radikalisme Selama Pandemi Menurun, Tapi...
"Kami tahu bahwa stres prenatal berdampak pada perkembangan janin, jadi ini adalah kekhawatiran yang sangat besar," kata Barbosa-Leiker.
"Penyedia perawatan kesehatan harus terus berbicara dengan para ibu tentang semua penyebab stres mereka karena kesehatan mental dan emosional mereka adalah kunci selama ini," kata Barbosa-Leiker.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja