Suara.com - Tidak semua anak bisa langsung merasa nyaman dan membaur ketika berhadapan dengan lingkungan baru. Terutama anak yang baru memasuki usia prasekolah. Dibutuhkan dorongan orangtua untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak agar ia mau beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Psikolog anak Fathya Artha menjelaskan bahwa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak perlu disesuaikan dengan karakter temperamen anak.
"Temperamen anak itu ada tiga umumnya. Pertama anak yang easy, di mana dia terlihat lebih berani, lebih bisa beradaptasi dengan baik. Kedua, anak yang slow to warm up, anak-anak yang seperti mobil zaman dulu, harus dipanasin dulu sampai akhirnya dia bisa nyaman di dunia sosial. Biasanya anak seperti ini terlihat pemalu. Ketiga anak yang difficult, di mana masuk ke dunia sosial atau ke dunia baru respon pertamanya enggak mau, nangis," papar Fathya dalam webinar Bebelac, Kamis (25/3/2021).
Menurut Fathya, setiap anak sudah memiliki karakter temperamen masing-masing sejak lahir. Sehingga, tugas orangtua membimbing anak tahu cara menyesuaikan diri di setiap lingkungan baru.
Fathya mencontohkan, jika anak termasuk tipe pemalu biasanya dia belum akan berani membaur dan terus berada di dekat orangtuanya selama 30 menit hingga 1 jam. Setelah cukup mengamati dan merasa lingkungannya menyenangkan, anak akan bisa beradaptasi dengan sendirinya.
"Anak-anak yang seperti ini untuk menunjukkan percaya diri, pertama tentu tidak mau buru-buru prosesnya. Yang penting kita sediakan dulu bahwa lingkungan ini adalah aman, kita pancing dulu dengan kita yang bermain duluan, kita yang maju dulu. Sehingga dia juga PD karena 'Oh papa mama aku nggak apa-apa main ini'. Nanti dia akan coba juga," ucapnya.
Setelah anak berhasil beradaptasi, orangtua bisa memberinya keyakinan lagi kepada anak bahwa lingkungan barunya menyenangkan.
"Jadi dia merasa terbangun, enggak apa-apa untuk bermain seperti ini," ucapnya.
Cara lainnya, terutama bagi anak-anak dengan tipe difficult, orangtua bisa mencoba menumbuhkan kepercayaan diri melalui permainan tantangan. Fathya mengingatkan agar tantangan dibuat sesuai usianya. Selain menumbuhkan percaya diri, tantangan juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran anak bahwa dirinya mampu.
"Terakhir sebagai orangtua perlu secara sadar memberikan feedback, itu bisa jadi pujian atau kritikan. Karena hal itu yang menentukan bagaimana anak memaknai peristiwa tersebut. Kalau dia merasa kecewa atau gagal, kita pun perlu meresponnya dengan tidak langsung mengkritik apa yang dilakukan tapi coba pahami apa yang sebetulnya terjadi," paparnya.
Menurut Fathya, jika orangtua langsung mengkritik tindakan anak, berisiko membuat anak enggan melakukan inisiatifnya sendiri dan takut untuk mencoba.
Baca Juga: Penghasilan Tinggi Tingkatkan Percaya Diri, Tapi Tak Pengaruhi Toleransi
"Terpenting membuat anak merasa secure," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial