Suara.com - Pasien kanker kerap mengalami masalah nutrisi hingga menyebabkan penurunan berat badan yang tidak disadari.
Hal tersebut diungkapkan oleh KAE ONCOLOGY KALBE, Dewi Syafrina dalam acara webinar bertajuk 'Mengenal Lebih Dekat Kanker Usus Besar,' Minggu (28/3/2021) kemarin.
"Ada masalah penurunan berat badan yang tidak disadari sebanyak lebih dari 5 persen dalam enam bulan, terutama disertai dengan penurunan massa otot. Kemudian malnutrisi dan penurunan berat badan merupakan hal yang sering terjadi dan indikator prognosis yang buruk," ungkapnya dalam webinar.
Selain itu, ia juga mengatakan 80-90 persen pasien kanker memiliki tanda dan gejala malnutrisi. Itulah mengapa, kata Dewi, penting untuk mengawasi asupan gizi pasien kanker.
"Mengapa nutrisi menjadi faktor penting untuk pasien kanker? Karena pasien 80-90 persen yang mengalami tanda dan gejala malnutrisi," ungkapnya lebih lanjut.
Tak hanya itu, 20 sampai 40 persen pasien kanker berisiko mengalami kematian akibat masalah malnutrisi dan komplikasi.
Dewi menyimpulkan masalah malnutrisi yang dialami pasien kanker bisa disebabkan beberapa faktor seperti kehilangan nafsu makan akibat kanker itu sendiri dan juga masalah kesulitan untuk makan karena dampak terapi dan dampak psikologis yang dialami.
Ia juga menjelaskan, pasien kanker yang mengalami malnutrisi bisa terjadi karena adanya perubahan metabolisme tubuh pada pasien kanker. "Karena adanya perubahan metabolisme tubuh, yang dapat meningkatkan pengeluaran energi sampai 50 persen versus pasien nonkanker,” jelasnya.
Sebab lain malnutrisi pada pasien kanker juga terjadi karena gangguan penyerapan nutrien, akibat sel kanker maupun efek samping terapi.
Baca Juga: Kejar Target Indonesia Emas 2045, Sajian Bumbu Bernutrisi Bisa Jadi Pilihan
Untuk itu, dibuat sebuah produk yang diklaim dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien kanker, yaitu NUTRICAN.
Dewi menyebut, produk tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais, yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan pasie kanker. Produk tersebut dapat dikonsumsi sebagai pelengkap maupun pengganti makan, baik sebelum, selama, maupun setelah menjalani terapi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 6 Oktober 2025, Banjir Ribuan Gems dan Kesempatan Klaim Ballon d'Or
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga Mulai Rp6 Jutaan, Ramah Lingkungan dan Aman Digunakan saat Hujan
Pilihan
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
-
Panjatkan Doa Khusus Menghadap Kabah, Gus Miftah Berharap Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia
-
Profil PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Emiten Resmi Dicaplok ASII
Terkini
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban