Suara.com - Efek samping pasca-vaksinasi disebut sebagai hal normal. Hal tersebut dipaparkan oleh Dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M. Kes.
Kata Riskiyana, secara umum di Indonesia belum ditemukan adanya laporan efek samping yang mengkhawatirkan.
"Yang ada yang kita lihat, adalah misalnya tempat suntikan agak kemerahan, gigil demam, dan kelelahan,” ungkapnya saat berbicara dalam acara webinar Atlet Jangan Sakit #VaksinasiAtlet, beberapa waktu lalu.
Ia mengungkapkan, efek samping tersebut adalah hal yang wajar terjadi pada orang yang divaksinasi bukan hanya pada orang dewasa, tapi juga anak-anak.
"Ini reaksi yang wajar-wajar saja terjadi pada pemberian imunisasi. Tidak hanya pada orang dewasa, tapi juga anak-anak kita. Untuk mengurangi risiko KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) ini, maka terdapat beberapa persyaratan untuk dapat dilakukan vaksinasi," jelasnya.
Persyaratan untuk vaksinasi ini, kata Riskiyana, adalah tekanan darah tidak boleh lebih dari 180 per 110 milimeter Hg.
Dilansir dari CNN Internasional, satu dari sepuluh orang yang telah divaksin merasakan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, dan juga rasa nyeri. Tapi efek samping ini akan hilang hanya dalam beberapa hari.
Vivek Cherian, MD seorang dokter penyakit dalam di Baltimore mengatakan jika pada dosis pertama belum mendapat efek samping, bisa jadi malah akan terasa pada dosis vaksin kedua.
"Karena tubuh sudah mulai mengembangkan antibodi setelah dosis pertama Anda, tubuh Anda merespon lebih kuat. Tapi dosis kedua memiliki efek samping kelelahan secara jelas," ungkapnya dikutip dari Bustle.
Baca Juga: Perlindungan Optimal Terhadap Covid-19: 3M, 3T dan Vaksinasi
Menurut Dr. Natasha Bhuyan, MD, direktur medis regional One Medical, efek samping kelelahan dilaporan terjadi pada sekitar 40 sampai 80 persen orang yang telah divaksinasi.
Perlu diketahui bahwa setiap orang bisa melaporkan reaksi vaksinasi yang berbeda. "Tidak ada satupun vaksin bekerja lebih baik atau lebih buruk. Itu hanya tubuh orang yang berbeda, dengan reaksi tubuh yang juga berbeda," ungkap Dr. Bhuyan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!