Suara.com - Seorang pria Virginia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama berhari-hari karena menderita reaksi kulit parah setelah suntik vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
Dokter mengatakan pria bernama Richard Terrel tetap bersyukur telah suntik vaksin Covid-19, meskipun mengalami reaksi alergi setelahnya pada kulit.
Awalnya, ia merasakan gatal di tubuhnya sekitar 3 hingga 4 hari setelah suntik vaksin Covid-19. Kemudian, gejala itu berkembang menjadi ketidaknyamanan sehingga ia harus menjalani perawatan medis di VCU Medical Center.
Karena, ruam di kulitnya akibat reaksi vaksin Covid-19 telah menutupi tubuhnya, dari kepala sampai kaki, kakinya bengkak dan kulitnya mulai mengelupas.
"Itu terasa perih, terbakar dan gatal. Setiap kali saya menekuk lengan atau kaki saya, seperti bagian dalam lutut saya, itu terasa sangat menyakitkan karena kulit bengkak dan bergesekan," ujar Richard Terrel dikutip dari Fox News.
Salah satu dokter kulitnya, Dr. FNU Nutan, mengatakan reaksi yang dialami oleh Richard Terrel merupakan kasus pertama yang terjadi pada vaksin Johnson & Johnson. Tapi, reaksi ini bukan hal yang aneh terjadi pada vaksin Covid-19 atau obat-obatan lainnya.
Salah satu dokter kulitnya, Dr. FNU Nutan, mengatakan reaksi yang dialami oleh Richard Terrel merupakan kasus pertama yang terjadi pada vaksin Johnson & Johnson. Tapi, reaksi ini bukan hal yang aneh terjadi pada vaksin Covid-19 atau obat-obatan lainnya.
Dr FNU Nutan mengatakan tim medisnya telah bekerja keras untuk menghilangkan pemicu potensial lain yang menyebabkan reaksi alergi kulit, sebelum menyimpulkan bahwa kemungkinan penyebabnya adalah vaksin Covid-19.
"Banyak pasien datang dan mengaku telah mendapatkan vaksin Covid-19. Kami pun sudah berhati-hati ketika melihat pasien seperti itu. Kami juga memastikan telah mengesampingkan penyebab umum dari reaksi tersebut, seperti antibotik," jelas Nutan.
Baca Juga: Waduh ! Vaksin Hanya Ampuh Lawan Covid-19 Selama 9 Bulan ?
Sebelum Richard didiagnosis, ia juga sempat menjalani pengujian medis untuk mendeteksi penyakit akibat virus, klamidia, virus corona dan adenovirus. Tetapi, semua hasilnya negatif.
Bahkan ia jugamenjalani pengujian medis untuk deteksi masalah ginjal, hati dan jantung untuk memastikan reaksi pada kulitnya tidak berdampak lebih lanjut.
Nutan mengatakan reaksi kulit yang dialami oleh Richard sangat jarang terjadi. Jadi, reaksi ini kemungkinan disebabkan oleh susunan genetiknya dan pembuatan vaksin Covid-19 yang digunakannya. Sayangnya, belum cukup data untuk membuktikan kondisi tersebut.
Setelah Richard dirawat selama beberapa hari di rumah sakit dengan steroid, cairan, krim dan perban, tim medis pun menyerahkan kasus ini ke Puat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Meskipun tim medis tidak menemukan kasus lain dari reaksi alergi yang dialami Richard dalam literatur atau jurnal mana pun, tapi Nutan yakin bahwa kasus ini tidak hanya 1 di dunia.
"Kondisi ini perlu kita waspadai, tetapi tidak perlu takut. Kami sudah tahu cara mengelolanya, tetapi kami belum mengetahui cara penanganannya," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia