Suara.com - Varian baru virus corona Inggris sempat dikhawatirkan lebih mematikan daripada versi aslinya. Tapi, sebuah studi baru menemukan varian virus corona Inggris tidak lebih memastikan dari jenis aslinya.
Analisis Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) terhadap lebih dari 5.500 pasien virus corona Covid-19 gelombang kedua menemukan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kematian antara varian baru virus corona Inggris dan jenis aslinya.
Tapi, PHE menemukan orang yang tertular varian virus corona Inggris atau B.1.1.7 lebih mungkin membutuhkan perawatan medis di rumah sakit daripada orang yang terinfeksi jenis virus aslinya.
Penelitian ini dilakukan oleh 'Profesor Lockdown' Neil Ferguson, ilmuwan SAGE dan Dr Susan Hopkins, salah satu kepala ahli epidemiologi PHE.
Lalu, temuan ini muncul hanya beberapa bulan setelah No10 memperingatkan publik bahwa varian baru virus corona Inggris 30 persen lebih mematikan daripada versi aslinya. Para Menteri Inggris mengklaim peringatan ini benar karena 8 studi independen yang diserahkan ke SAGE menunjukkan peningkatan risiko kematian.
Sedangkan, studi baru oleh PHE ini salah satu yang berbeda dengan beberapa studi lainnya yang menyimpulkan B.1.1.7 lebih mematikan daripada versi virus corona aslinya.
Sementara, sulit membandingkan tingkat kematian antara jenis virus corona gelombang pertama dan kedua. Karena, banyak orang yang tidak melalui pengujian pada gelombang pertama virus corona.
"Makalah Penelitian ini termasuk dalam minoritas," kata Dr Simon Clarke. ahli mikrobiologi seluler di Reading University dikutip dari Daily Mail.
Dr Simon juga mempertanyakan temuan PHE bahwa varian baru virus corona meningkatkan risiko orang dirawat di rumah sakit, bukan kematian.
Baca Juga: Orang dengan Riwayat Alergi Diminta Suntik Vaksin AstraZeneca, Ini Sebabnya
Studi PHE ini dilakukan dengan mengamati 5.500 orang positif virus corona Covid-19 di Inggris antara Oktober hingga Desember 2020 lalu. Sekitar setengahnya diketahui terinfeksi jenis virus corona asli dan sisannya terinfeksi varian baru virus corona Inggris.
Lalu, sebanyak 131 orang membutuhkan perawatan rumah sakit dan 76 orang meninggal dunia dalam 28 hari setelah hasil tesnya positif.
Mulanya, para peneliti mengatakan tidak ada bukti bahwa varian virus corona Inggris meningkatkan risiko rawat inap. Tapi, mereka menemukan adanya peningkatan risiko sebesar 34 persen setelah menyesuaikan usia, jenis kelamin, etnis, riwayat kesehatan dan faktor risiko terinfeksi virus corona.
"Kami mengamati adanya peningkatan risiko rawat inap pada varian virus corona Inggris. Tapi, tidak ada perbedaan signifikan dalam risiko kematian," jelas para peneliti.
"Saya tidak melihat itu masuk akal, kecuali varian virus corona Inggris membuat orang rawat inap rumah sakit dengan kasus infeksi lebih ringan. Jadi, kita perlu melihat dalam studi yang berbeda," balas Dr Clarke.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya