Suara.com - Para ilmuwan sedang bereksperimen dengan teknologi vaksin Covid-19 sebagai cara untuk mengobati penyakit mematikan seperti kanker dan HIV, yakni mRNA.
Pada vaksin Covid-19, teknologi ini menggunakan sepotong kecil protein lonjakan partikel virus corona untuk menciptakan respons sistem kekebalan yang melindungi infeksi Covid-19.
Ini adalah pendekatan yang telah dipelajari para peneliti selama 25 tahun terakhir.
Keberhasilan penggunaan metode ini dalam pengembangan vaksin Covid-19 membuat peneliti mencari cara untuk menerapkannya juga bagi perawatan penyakit lainnya.
Ilmuwan bersiap mempelajari mRNA untuk pengobatan kanker dan HIV
Para ilmuwan di Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas sedang bersiap untuk mempelajari mRNA sebagai pengobatan kanker, lapor Insider.
Pemimpin uji klinis, ahli onkologi Van Morris, mengatakan timnya percaya teknologi mRNA dapat digunakan untuk mencegah kekambuhan kanker.
Kanker memang dapat kambuh kembali, namun bervariasi tergantung jenis kanker. Paling umum ini terjadi pada kanker ovarium, kanker kandung kemih, dan glioblastoma.
Kekambuhan terjadi ketika sejumlah kecil sel kanker tetap berada di dalam tubuh setelah perawatan, berkembang biak, dan dalam beberapa kasus berpindah ke area lain di tubuh.
Baca Juga: Studi: Vaksin Kemungkinan Meredakan Gejala Covid-19 Jangka Panjang
Dalam uji coba yang saat ini masih dalam tahap kedua, dokter menguji pasien kanker yang tumornya diangkat dan menjalani kemoterapi. Hasil tes mengungkapkan sel kanker masih beredar di seluruh tubuh mereka, kemudian peneliti membuat koktail mRNA individual.
"Kami memprioritaskan sistem kekebalan untuk mengejar sisa sel tumor, membersihkannya dan menyembuhkan pasien," kata Morris.
Sementara itu, ilmuwan di Scripps University, California, juga mengamati efek teknologi mRNA terhadap HIV dalam uji coba Fase I. Studi dibantu oleh ahli imunologi di Scripps Research William Schief.
Mirip dengan cara vaksin Covid-19 menempel pada protein virus dan membunuhnya, Schief mengatakan vaksin HIV dapat melakukan hal yang sama pada partikel HIV.
Di sisi lain, ilmuwan Universitas Oxford yang sebelumnya bekerja sama dengan AstraZeneca dalam mengembangkan vaksin Covid-19, sedang mengerjakan vaksin untuk mengobati infeksi menular seksual gonore.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan