Suara.com - Sebuah studi pracetak di Inggris menyatakan bahwa vaksin memberikan perlindungan pada mantan pasien Covid-19 dengan gejala jangka panjang.
Melansir dari Healthline, peneliti mengikuti 66 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang memiliki gejala yang bertahan hingga 8 bulan. Setidaknya 44 peserta telah mendapat vaksinasi dan 22 peserta tidak.
Orang yang menerima vaksin Covid-19 mengalami perbaikan kecil secara keseluruhan pada gejala Covid-19 jangka panjang dibandingkan dengan pasien yang tidak divaksinasi. Sekitar 23 persen pasien yang divaksinasi melaporkan bahwa gejala mereka membaik, dibandingkan dengan sekitar 15 persen orang yang tidak divaksinasi.
Selain itu, lebih sedikit orang yang divaksinasi melihat gejala yang memburuk.
Para peneliti tidak melihat perbedaan tanggapan antara orang-orang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Oxford-AstraZeneca. Mereka meneliti dengan pemberian vaksin Moderna.
Studi ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat menunjukkan bahwa vaksin bertanggung jawab atas perbaikan gejala Covid-19 jangka panjang. Faktor lain dapat mempengaruhi hasil.
Belum jelas mengapa vaksin dapat mengurangi gejala Covid-19 yang lama, tetapi ahli imunologi Yale Akiko Iwasaki, PhD menyatakan bahwa orang dengan gejala Covid-19 yang masih ada mungkin masih memiliki virus korona hidup di tubuhnya yang dikenal sebagai reservoir virus. Respons kekebalan yang kuat yang disebabkan oleh vaksin Covid-19 dapat menghilangkan virus yang tersisa, yang akan mengurangi gejala.
Kemungkinan lain adalah Covid-19 dapat menyebabkan penyakit autoimun pada beberapa orang di mana sel kekebalan secara keliru menyerang sel tubuh sendiri. Dalam kasus ini, vaksin mungkin memberikan bantuan sementara dari respon imun yang tidak tepat.
Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang yang merasa lebih baik setelah vaksinasi menemukan bahwa gejala Covid-19mereka yang lama kembali setelah beberapa minggu.
Baca Juga: Terus Berkurang, RSD Wisma Atlet Kini Rawat 1.305 Pasien Covid-19
Meski begitu para peneliti menyatakan bahwa masih diperlukan penelitian yang lebih besar. Studi ini pun belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
Terkini
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?
-
Susu Tanpa Tambahan Gula, Pilihan Lebih Aman untuk Anak
-
Diabetes Makin Umum di Usia Muda, Begini Cara Sederhana Kendalikan Gula Darah
-
VELYS Robotic-Assisted: Rahasia Pemulihan Pasca Operasi Lutut Hanya dalam Hitungan Jam?
-
Waspada! Obesitas Dewasa RI Melonjak, Kenali Bahaya Lemak Perut yang Mengintai Nyawa
-
Kota Paling Bersih dan Sehat di Indonesia? Kemenkes Umumkan Penerimanya Tahun Ini