Suara.com - Vaksin Nusantara gagasan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menggunakan sel dendritik sebagai salah satu bahan baku pembuatannya.
Meski diklaim sebagai penelitian pertama di dunia dalam pembuatan vaksin Covid-19, namun penggunaan sel dendritik sebenarnya sudah tak asing dalam ilmu kedokteran.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman prof. Amin Subandrio mengatakan bahwa sel dendritik telah digunakan dalam pengobatan bagi pasien kanker. Meski begitu, khasiatnya belum bisa dipastikan lantaran penggunaannya yang masih terbatas.
"Saat ini yang sudah dilaporkan itu dikaitkan dengan pengobatan cancer. Itu juga terbatas baru kanker prostat dan kanker kulit. Responnya sangat individual, kita tidak bisa membandingkan karena tidak disuntikan pada suatu populasi," kata prof Amin dalam diskusi virtual 'Siapa Suka Vaksin Nusantara', Sabtu (17/4/2021).
Vaksin yang terbuat dari dendritik dikenal sebagai vaksin individual. Artinya, pembuatan satu vaksin hanya bisa digunakan untuk satu orang.
Prof. Amin menjelaskan, sel dendritik sebagai salah satu bahan pembuatan vaksin tersebut berasal dari setiap orang yang akan divaksinasi.
Awal mula sel dendritik itu didapatkan dengan cara mengambil sel darah putih dari pembuluh vena. Lalu sel monosit di dalamnya dipisahkan.
Setelah itu, dipindahkan dari spike untuk diambil darah dan diletakkan di tabung untuk sel monosit dibiakkan agar menjadi sel dendritik.
"Jadi sel dendritik itu berasal dari sel monosit. Sel monosit merupakan bagian sel-sel dalam tubuh kita," jelas prof. Amin.
Baca Juga: Ketua IDI: Dukungan Politikus ke Vaksin Nusantara Tak Ada Artinya
Setelah jadi sel dendritik kemudian dikenalkan dengan antigen yang sudah disiapkan.
"Tergantung kita mau bikin vaksin apa. Kalau bikin vaksin cancer, ya kita pakai antigen cancer. Dalam hal ini kita pakai antigen satu protein yang sudah disiapkan sedemikain rupa kemudian diperkenalkan ke sel dendritik," imbuhnya.
Sel dendritik merupakan bagian dari antigen presenting cell (APC) atau sel penyaji antigen. Kemudian APC tersebut akan menelan antigen berupa protein yang diberikan karena sel dendritik mengenalinya sebagai benda asing. Antigen akan dicerna dalam APC menjadi potongan-potongan kecil.
"Potongan itu akan dimunculkan kembali sebagai antigen bersama molekur lain yang membantu pengenalan. Antigen yang dimunculkan dalam sel dendritik itu nantinya, ketika sel dendritik sudah disuntikan kembali dalam tubuh orangnya, kemudian akan merangsang sel imun, karena ada antigen benda asing yang disajikan dipermukaan sel dendritik," paparnya.
Ia menegaskan bahwa penyuntikan vaksin tersebut harus diberikan kepada orang yang sama ketika diambil sel darah putihnya. Karena setiap sel manusia memiliki identitas masing-masinh.
Jika bukan kembar identik, maka sel apa pun yang dimasukan ke tubuh manusia yang berbeda tetap akan terjadi penolakan.
Berita Terkait
-
Dokter Terawan Berencana Teliti Sel Dendritik Untuk Cegah DBD, Bagaimana Cara Kerjanya?
-
Vaksin Nusantara Besutan Terawan Muncul Lagi di Jurnal Internasional, Tim Komunikasi: Indonesia Pantas Berbangga!
-
Warga Vaksinasi COVID-19 Pakai Vaksin Nusantara Tak Perlu Booster, Terawan: Cukup Melawan Omicron
-
Klaim Dokter Terawan Soal Vaksin Nusantara: Tak Perlu Booster Hingga Ampuh Lawan Omicron Terbaru
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental