Suara.com - Kondisi emosional bisa berpengaruh pada peningkatan risiko kanker. Dalam hal ini, sebuah studi menunjukkan bahwa rasa sepi atau kesepian di usia paruh baya bisa meningkatkan risiko Anda terkena kanker.
Melansir dari Eat This, studi Finlandia menganalisis data kesehatan dari lebih dari 2.500 pria berusia 42 hingga 61 tahun. Mereka berpartisipasi dalam studi kesehatan jantung yang melibatkan pengukuran perasaan kesepian pada skala 11 poin.
Para peneliti menemukan bahwa selama dua dekade, pria yang dilaporkan merasa kesepian lebih mungkin didiagnosis dengan kanker dan menghadapi prognosis yang lebih buruk.
Temuan yang diterbitkan di jurnal Psychology Research ini juga menekankan bahwa penelitian mereka hanya diterapkan pada kesepian, bukan isolasi sosial.
"Isolasi sosial mengacu pada kurangnya obyektif dari kontak sosial dengan orang lain, sedangkan kesepian adalah persepsi negatif dari isolasi sosial, yaitu perasaan subjektif karena kesepian," tulis para ilmuwan.
"Kesepian dan isolasi sosial diklaim memengaruhi kesehatan fisik sekuat beberapa risiko kesehatan yang diketahui secara luas, seperti merokok atau obesitas, dan hubungan antara kesepian dan kematian akibat kanker pada populasi umum baru-baru ini dilaporkan," imbuh para peneliti.
Bagi banyak orang, tingkat kontak sosial mereka (isolasi sosial) memuaskan, dan tidak selalu menyebabkan penderitaan. Namun, kesepian menurut definisi mencakup ketidakpuasan dengan situasi.
Perasaan kesepian dapat memicu respons stres yang menyebabkan peradangan pada tubuh. Para ahli percaya bahwa peradangan dapat berdampak negatif pada jantung, sistem kekebalan, dan otak.
"Telah diusulkan bahwa kesepian dapat mengganggu fungsi hipotalamus-hipofisis-adrenal (sumbu HPA) dan meningkatkan peradangan tingkat rendah baik secara langsung, melalui gaya hidup yang tidak sehat atau depresi," catat para peneliti.
Baca Juga: Ngaku Hamil, Kemungkinan Lucinta Luna Kanker Testis
"Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kesepian di usia paruh baya dan seterusnya bisa menjadi risiko kesehatan yang serius. Penelitian lain telah menemukan bahwa kesepian dapat memiliki efek kesehatan yang mirip dengan obesitas, aktivitas fisik dan merokok 15 batang sehari, dan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia 50%," kata Scott Kaiser, MD, ahli geriatri bersertifikat di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California.
Ilmuwan Finlandia mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk melacak dan memperlakukan kesepian sebagai kondisi kesehatan.
"Kesepian memiliki banyak efek buruk bagi kesehatan, peningkatan insiden kanker hanyalah salah satunya," kata Siiri-Liisi Kraav dari University of Eastern Finland
"Penting untuk mencegah efek negatif ini dengan mengembangkan intervensi yang efektif untuk kesepian dan secara rutin menyaring kesepian," imbuhnya
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan