Suara.com - Tingkat keparahan pasien Covid-19 serta gejala long Covid-19 yang terjadi, ternyata salah satunya disebabkan oleh adanya autoantibodi, protein yang melawan jaringan dan organ tubuh yang sehat. Meski demikian, autoantibodi belum tentu terbentuk pada setiap pasien Covid-19.
Ilmuwan dari Universitas Yale, Amerika Serikat, menemukan pada beberapa kasus virus corona, keberadaan autoantibodi dapat merusak jaringan sehat di hati, otak, saluran pencernaan, pembuluh darah, dan trombosit.
Hasil penelitian dicatat dalam jurnal ilmiah yang diterbitkan pada Rabu (19/5) di jurnal Nature.
Para ilmuwan mengambil sampel darah dari 194 pasien Covid-19 di Rumah Sakit Yale-New Haven mulai dari tingkat keparahan penyakit dan lusinan kontrol yang tidak terinfeksi. Profesor dan mahasiswa bekerja dengan tim Yale IMPACT (sekelompok dokter dan ilmuwan yang meneliti Covid-19) untuk menganalisis sampel autoantibodi.
Mereka menggunakan teknologi yang disebut Rapid Extracellular Antigen Profiling (REAP) untuk melihat interaksi antara antibodi dan hampir 3.000 protein manusia.
Asisten profesor imunobiologi di Yale dan penulis senior jurnal Aaron Ring mengatakan bahwa autoantibodi tersebut seperti pedang bermata dua.
"Antibodi sangat penting untuk menangkis infeksi, tetapi beberapa pasien Covid-19 juga mengembangkan antibodi yang merusak sel dan jaringan mereka sendiri," jelas Ring dikutip dari Fox News.
Dalam kebanyakan kasus, infeksi Covid-19 dapat memicu pembentukan autoantibodi, lanjut Ring. Tetapi mungkin beberapa pasien memiliki autoantibodi yang sudah ada sebelumnya sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
"Analisis kami mengungkapkan, lanskap autoantibodi yang luas pada pasien Covid-19 dan mengidentifikasi autoantibodi berbeda yang memberikan hasil imunologis dan klinis yang mencolok," tulis penulis penelitian.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Angka Infeksi di India Lebih Parah dari Tahun Lalu
"Akhirnya, temuan kami memberikan alasan yang kuat untuk penyelidikan yang lebih luas tentang autoantibodi pada infeksius. patogenesis penyakit," imbuhnya.
Para ilmuwan juga memperkirakan, autoantibodi yang bertahan lama kemungkinan jadi jawaban terjadinya long Covid-19, pasien virus corona yang pulih dari infeksi tetapi terus mengalami efek yang bertahan beberapa bulan kemudian.
"Ini bisa jadi warisan virus yang tidak menguntungkan," kata Ring.
Akiko Iwasaki, salah satu penulis studi dan profesor imunobiologi Waldemar Von Zedtwitz di Universitas Yale, mengatakan temuan tersebut makin mempertegas pentingnya vaksinasi untuk mengurangi risiko efek kesehatan jangka panjang.
“Fakta bahkan infeksi ringan dikaitkan dengan produksi autoantibodi menggarisbawahi potensi konsekuensi kesehatan jangka panjang dari Covid-19,” kata Iwasaki.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis