Suara.com - Sudah jadi hal lumrah para ibu pekerja yang sedang menyusui menyetok air susu ibu (ASI), yang selanjutnya diberikan pada anak dengan bantuan dot.
Sayangnya, penggunaan dot bisa menimbulkan berbagai masalah seperti risiko tersedak, kembung hingga terjadinya maloklusi atau gangguan pertumbuhan gigi dan rahang anak.
"Hal ini karena bentuk dot yang tidak tepat, posisi bayi menyusu, kesiapan bayi menerima aliran susu, dan intensitas mengisap dot," ujar Dokter Gigi Anak, Dr. drg. Eriska Riyanti, Sp. KGA (K), dalam acara Dot Baby HUKI, Jumat (28/5/2021).
Namun apabila terpaksa harus menggunakan dot, disarankan bukan pakai dot biasa melainkan pakai dot orthodontic, yakni jenis dot yang bisa menyesuaikan cara hisap (fisiologis) anak pada puting payudara ibu, dan bisa mencegah terjadinya maloklusi.
“Dot yang didesain secara fisiologis akan memfasilitasi pergerakan lidah ke depan dan ke atas pada daerah permukaan datar dot. Aliran air susu tidak akan otomatis mengalir ke tenggorokan, bila tidak terjadi gerakan mengisap karena adanya aktivitas otot-otot lidah, pipi, dan bibir," papar Eriska.
Hasilnya mekanisme penggunaan dot orthodontic ini tidak akan menimbulkan anak tersedak, karena dot bisa beradaptasi dengan organ-organ di dalam mulut anak saat proses pengisapan.
Fakta ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang Eriska lakukan bersama tim peneliti di Departemen Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada 2020.
Hasilnya didapatkan, anak yang tidak mendapat ASI atau tidak menyusu langsung dari ibunya cenderung mengalami tingkat keparahan maloklusi lebih tinggi, dibandingkan anak yang mendapat ASI atau menyusu langsung.
Kejadian maloklusi ini sama berisikonya saat dot biasa digunakan dalam jangka panjang atau jangka pendek.
Baca Juga: Bikin Penasaran, Wanita Ini Nikmati Perawatan Wajah Pakai ASI Temannya
Sementara itu, mau sebaik dan sebagus apapun dot yang digunakan kata Erika, proses menyusui anak langsung lewat payudara adalah yang terbaik, karena membuat perkembangan bentuk rahang anak jadi semakin baik, khususnya pada anak di bawah 2 tahun.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia