Suara.com - Talasemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan oleh faktor genetik.
Seseorang yang didiagnosis talasemia harus rutin melakukan transfusi darah setiap bulan untuk mencegah terjadinya anemia.
Itu dilakukan lantaran kelainan genetik menyebabkan tubuh penderita talasemia tidak bisa memproduksi sel darah merah yang sehat seumur hidup.
Tokoh Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) H. Ruswandi mengatakan, perasaan bosan melakukan transfusi darah kerap menjadi salah satu hambatan yang dirasakan pengidap talasemia.
"Transfusi darah secara rutin seumur hidup ini satu pekerjaan yang sangat membosankan dan menjenuhkan," kata sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI Pusat) tersebut.
Bagai pisau bermata dua, tambah Ruswandi, transfusi darah secara rutin seumur hidup juga memiliki dampak negatif dan berbahaya bagi penderita talasemia.
Dampak negatif yang dimaksud adalah mengalami kelebihan zat besi yang bisa memicu terjadi komplikasi bernagai penyakit lain pada penderita talasemia.
Sehingga selain melakukan transfusi darah, penyandang talasemia juga harus melakukan terapi kelasi besi saat mereka sudah 20 kali melakukan transfusi darah. Konsumsi obat kelasi besi, dilakukan agar kadar zat besi dalam tubuh tetap stabil.
"Obat kelasi besi ini harus disiplin, karena kalau tidak dikeluarkan zat besi akan merusak organ yang ada di dalam tubuh. Sehingga ini setiap hari harus berikan konsumsi obat kelasi besi," ucapnya.
Baca Juga: Cegah Anemia, Setiap Tahun 400 Ribu Remaja Putri Dapat Suplemen Tambah Darah
Selain itu, ketersediaan darah di setiap rumah sakit juga tidak selalu cukup. Apalagi jika jarak antara tempat tinggal pasien talasemia dengan rumah sakit cukup jauh, sementara kadar hemoglobin dalam tubuh pasien sudah terlalu rendah.
Menurut Riswandi, pengadaan darah di rumah sakit di beberapa daerah kerap kali masih susah untuk mendapatkan stok darah. Terutama ketika bulan Ramadan.
"Pasti sulit untuk mendapatkan darah. Sekarang saja dengan adanya Covid-19 banyak donatur yang biasanya menyumbang darah, menahan diri untuk tidak datang ke rumah sakit. Jadi kita harus mencari terus untuk adanya donor pengganti," ucapnya.
"Karenanya, kami mohon masyarakat Indonesia untuk mau melakukan donor darah. Karena setetes darah juga sangat berarti bagi pasien talasemia," ajak Ruswandi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban